KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN Angakatan 2005 | Kurtekdik '05 Community : Ulul Fadly | Dwi Puspitasari | Devi Anjar | Wahyu Widyaningsih | Resti Dewi | Devi Ari | Satriyo Abdi Yudo| Ery Setyo | Dwi Pramono | Siti Astuti | Desi Widi | Miftahul ulum | Sigit Prasetyo | Suci Rokhani | Bentar Saputro | Ratih Anggita | Siti Nurwachidah | Bedzy Riasari | M.Sidiq | Khusnul Khoifah | Wahyu Budi L. | Dewi Indah Puspo | Okta Permata | Bambang Dwi | M.Q Zaman | Hermawan | AH. Tasmuri | Cahyo Adi | Aris Munandar | Akaat Hasjiandito | Joko Susanto | Titin Ernawati | Lilis Andriani | Wiji Suryani | Budiono | Eka Fitriana | Eka Fitriani | Yanuar Eska | Sri Susilowati | Anna Meriana | Ade Yusupa | Anindita Widya W| Miftachul Fauzy | Ari Suprihatin | M.Nur Huda | Adi Supriyadi | Nur Aeni W. | Didik Hartawan | M.Nur Saean | Herman Malinton | Nicky Secioria |

05 Maret 2008

KEL. 3 COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Oleh : Wahyu Widyaningsih, Desi Widihardini, dan Ari Suprihatin
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika praktek-praktek pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain.
Pada abad 21 ini, praktek-praktek pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran perlu terus diperbaharui.

Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran itu banyak macamnya, setiap model pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses pengajaran.

Matematika sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia, matematika juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Sehingga matematika perlu dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini.


Namun mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah.

Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) 2001 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) 1999, matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO). Hal itu terungkap dalam konferensi pers The First Symposium on Realistic Teaching in Mathematics di Majelis Guru Besar (MGB) ITB, Jln. Surapati No.1, Bandung, Senin (16/1). Pada saat itu peringkat Indonesia berada di bawah Malaysia dan Singapura.

Padahal, berdasarkan hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada tahun 2003, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400= rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Hal ini terjadi karena ada sesuatu dengan metode pengajaran matematika di negara ini.

Dari data-data di atas sudah saatnya guru matematika membuka paradigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Melalui pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi dalam belajar matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, hal-hal yang akan dibahas pada karya tulis ini adalah
1. Mengapa Cooperative Learning perlu dilaksanakan dalam mata pelajaran matematika?
2. Bagaimana pelaksanaan Cooperative Learning dalam mata pelajaran matematika?
3. Apa kelebihan dan kelemahan Cooperative Learning dalam mata pelajaran matematika?

C. Tujuan Penulisan

Dari permasalahan-permasalahan diatas, maka tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1. Untuk menjelaskan pentingnya Cooperative Learning dalam mata pelajaran matematika.
2. Untuk menjelaskan mengenai pelaksanaan Cooperative Learning dalam mata pelajaran matematika.
3. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan Cooperative Learning dalam mata pelajaran matematika.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa
karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan jiwa kerja sama saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi penulis
Karya tulis ini dapat digunakan untuk Menambah pengetahuan dan pengalaman.
c. Bagi guru
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelajaran dikelas.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model Pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran "getting better together", yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa (Stahl, 1994). Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).

2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning

Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.


3. Model Cooperative Learning

Beberapa model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan
b. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup
c. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
d. Think pair and share
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
e. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.

B. Motivasi
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang.

Maslow mengidentifikasikan 2 jenis kebutuhan,yaitu kebutuhan dasar dan meta kebutuhan (Anni, 2004:123). Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan (deficiency needs). Sedangkan meta kebutuhan adalah kebutuhan untuk pertumbuhan (growth needs). Setiap individu termotivasi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dari hierarki paling bawah berupa kebutuhan untuk mempertahankan hidup sampai pada kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri.

Motivasi berdasarkan sifatnya menurut Sardiman (1987) ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut.

Kenneth H. Hover (Sardiman, 1987) mengungkapkan bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri individu (Intrinsik) lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksa dari luar (ekstrinsik). Hal ini berdasarkan kepuasan yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri individu itu sendiri. Walaupun demikian, motivasi ekstrinsik tetap diperlukan, sebab keadaan seseorang itu bersifat dinamis (berubah-ubah), terkadang mempunyai motivasi yang tinggi, kadang mempunyai motivasi yang rendah bahkan motivasi tersebut hilang sama sekali. Dengan adanya motivasi ekstrinsik tersebut pada akhirnya akan mendukung motivasi intrinsik yang telah ada, bahkan dapat ikut membangkitkannya. Dengan demikian, sebagai daya pengggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat penting karena motivasi tersebut akan menentukan intensitas usaha yang dilakukan seseorang.

Secara garis besar, bahwa dengan memiliki motivasi yang besar maka terjadi proses pengungkapan potensi diri, proses peningkatan potensi, dan proses pemanfaatan potensi. Maka ketika memanfaatkan potensi unggul yang dimiliki akan muncul kreativitas individu atau motivasi kelompok. Pada akhirnya kreativitas tersebut menghasilkan kinerja (performance) yang efektif dan efisien sehingga kita memperoleh akutalisasi yang baik.


C. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik (siswa) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2).
BAB III
METODE PENULISAN

Pada penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan kajian pustaka dan kajian pemikiran yang penulis lakukan. Sumbernya diperoleh dari berbagai literature yang mendukung, artikel-artikel yang relevan dan dilengkapi dengan informasi-informasi dari internet.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Menemukan dan mengidentifikasikan masalah
Hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada tahun 2003, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400= rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Hal ini terjadi karena ada sesuatu dengan metode pengajaran matematika di negara ini.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk memperkenalkan cooperative learning yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Dengan Cooperative learning, motivasi siswa dalam belajar matematika dapat meningkat, mengingat waktu yang dihabiskan siswa untuk belajar disekolah lebih banyak.
2. Mencari berbagai literatur yang relevan dengan penulisan karya tulis
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh suatu pedoman literatur yang relevan dan terkait dengan pemecahan permasalahan karya tulis ini.

3. Mengadakan kajian kepustakaan
Didasarkan pada kerangka permasalahan yang penulis kemukakan dalam karya tulis ini, maka penulis mencoba untuk mengkaji, menganalisa, dan mengkorelasikan pemikiran penulis, sehingga akan diperoleh suatu kajian dan analisa secara mendalam terhadap penulisan yang penulis uraikan. Dengan kajian tersebut penulis diharapkan akan menghasilkan pemecahan masalah serta analisa yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan.

4. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Langkah ini berupa penerapan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika.

5. Menyusun karya tulis
Penulisan karya tulis ini berdasarkan langkah-langkah sebagaimana telah dikemukakan diatas.












BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Cooperative Learning

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif (Nur, 2001: 3).

Peningkatan belajar tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada waktu digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa sering beranggapan bahwa belajar telah selesai setelah mereka menguasai sejumlah fakta. Bagaimanapun juga mereka lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tingi selama dan setelah diskusi dalam kooperatif daripada apabila mereka bekerja secara competitive atau individual. Jadi, materi yang dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa di dalam setting kelas, remaja belajar lebih banyak dari satu teman ke teman yang lain diantara siswa daripada guru. Konsekuensinya, pengembangan komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar itu. Metode pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya

Tiga tujuan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
1. Hasil akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting Ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.

B. PELAKSANAAN COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1. Pelaksanaan Cooperative Learning
Tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif menurut Sukarmin (2002:4)
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase 1
Menyampaiakan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2
Menyajikan informasi


Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5
Evaluasi



Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Guru mencari cara-cara untuk mneghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Sukarmin (2002: 5) Untuk kelancaran cooperative learning sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut perlu dilakukan persiapan sebagai berikut:
1. Persiapan materi
Materi yang akan disajikan dalam cooperative learning dirancang sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang diselenggarakan secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran terlebih dahulu dibuat lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. (Lampiran 1)
2. Pembentukan kelompok kooperatif
Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang. Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain mempertimbangkan kemampuan akademik, perlu juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.
3. Penentuan skor dasar
Selanjutnya diinformasikan skor dasar tiap anggota. Skor dasar berasal dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya.

Diakhir cooperative learning dilakukan evaluasi dan penghargaan kelompok. Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu 45 menit sampai 60 menit. Pada saat evaluasi ini siswa harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari saat bekerja dengan kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok
Penghitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih pemerolehan skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya.
Tabel nilai perkembangan individu
Skor tes Nilai perkembangan
- lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
- 10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar
- Sama dengan skor dasar sampai 10 poin diatasnya
- Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
- Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar). 5
10
20

30
30


2) Memberi penghargaan prestasi kelompok
Skor dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh, terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok.

Tabel penghargaan kelompok
Nilai rata-rata kelompok penghargaan
5 - 14
15 - 24
25 - 30 Hebat
Sangat hebat
super

2. Penerapan Cooperative Learning pada Matematika

Berikut ini contoh penerapan cooperative learning pada mata pelajaran matematika :

- Model pembelajaran STAD pada sub pokok materi barisan bilangan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VII/2
Pokok Bahasan : Segiempat
Sub Pokok Bahasan : Persegi Panjang
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan besaran-besaran yang ada didalamnya.
B. Kompetensi Dasar
Menentukan sifat-sifat dan menghitung besaran-besaran segiempat.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya.
2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.
3. Menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya.
2. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya.
3. Menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang.
E. Materi Pembelajaran
Persegi panjang
F. Sarana dan Sumber belajar
Sarana belajar : Lembar Kerja Siswa(LKS), penggaris, kapur, balck board.
Sumber belajar : Matematika untuk SMP kelas VII( Penerbit: Erlangga,YRAMA WIDYA).
G. Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : Kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran : Kombinasi ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
H. Proses Belajar Mengajar
1. Pendahuluan
a. Guru mengkondisikan fisik.
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Guru menjelaskan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan dilakukan yaitu STAD.
d. Guru menyampaikan motivasi kepada siswa tentang manfaat mempelajari materi segiempat
e. Guru menyampaikan apersepsi yaitu mengingatkan kembali tentang garis dan sudut dengan menggunakan metode tanya jawab.
2. Inti
a. Guru menjelaskan pengertian, sifat-sifat, keliling dan luas persegi panjang dengan metode tanya jawab.
b. Guru membentuk kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka. Setiap kelompok 4 siswa.
c. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 LKS untuk dikerjakan bersama
d. Bila ada kesulitan, sebaiknya siswa bertanya kepada anggota kelompok yang lain sebelum bertanya kepada guru.
e. Ketua kelompok harus memastikan bahwa semua anggota kelompok sudah memahami dan mengerjakn LKS yang diberikan guru.
f. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok
g. Guru memberi kunci jawaban LKS agar siswa dapat memeriksa jawabannya sendiri. Guru tetap sebagai narasumber atau fasilitator jika diperlukan.
h. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, guru memberikan kuis yang dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama.
i. Setelah selesai mengerjakan kuis, guru langsung membahas bersama siswa untuk melihat hasilnya. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi diberi tepuk tangan.
j. Guru menyuruh siswa untuk kembali ketempat duduk masing-masing.
3. Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan metode tanya jawab.
b. Guru memberikan tugas rumah yang dikerjakan secara individu.
I. Penilaian
1. Jenis tagihan : Kuis dan LKS (lampiran 2 &3)
2. Bentuk tes : Uraian

- Model pembelajaran JIGSAW pada sub pokok materi barisan bilangan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VII / II

Standar Kompetensi : Memahami Konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator :
1. Memahami pengertian persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
2. Memahami sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan laying-layang.
3. Menentukan rumus keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit ( 3 pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
1. Memahami pengertian persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.
2. Memahami sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan laying-layang.
3. Menentukan rumus keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
B. Materi Pembelajaran
Persegi Panjang, Persegi, dan Jajargenjang.
C. Metode Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
D. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Guru menyiapkan kondisi fisik kelas.
b. Guru menyiapkan media dan sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru menyampaikan motivasi tentang pentingnya materi segiempat dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kegiatan Inti
a. Penguasaan Materi
1) Guru menyampaikan sekilas tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari sebagai pengetahuan awal siswa.
2) Guru membagi siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan kemampuan yang heterogen.
3) Guru membagi LKS kepada setiap anggota asal.
4) Guru membimbing dan mengarahkan tiap-tiap kelompok untuk membagi tugas pada masing-masing anggota kelompok.
5) Masing-masing anggota kelompok yang mempunyai tanggung jawab yang sama berkumpul membentuk kelompok yang baru yang disebut kelompok ahli.
6) Siswa mendiskusikan tugasnya dalam kelompok ahli.
7) Guru memantau kerja tiap-tiap kelompok ahli dan memberikan bimbingan.
b. Penularan Materi
1) Siswa kembali ke kelompok asal masing-masing.
2) Tiap anggota kelompok asal saling menularkan, bertanya, menjelaskan dan menggali informasi dan pengetahuan tentang materi yang didiskusikan dalam kelompok ahli kemudian menyatukan semua pengetahuan yang diperoleh menjadi satu kesatuan pengetahuan yang baru.
c. Guru membahas LKS bersama siswa.
d. Siswa bersama guru menarik kesimpulan pembelajaran.
e. Guru memberikan kuis yang harus dikerjakan secara individu oleh siswa.
3. Penutup
a. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman pelajaran.
b. Guru memberikan PR.
E. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat Belajar : Model daerah jajargenjang
2. Sumber Belajar :
- LKS
- Matematika untuk SMP Kelas VII
( Penerbit Erlangga )
F. Penilaian
1. Jenis tagihan : Tes
2. Teknik : Kuis dan LKS
3. Bentuk Instrumen : Uraian

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN COOPERATIVE LEARNING
Kelebihan cooperative learning yaitu:
1. Meningkatkan harga diri tiap individu
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
3. Konflik antar pribadi berkurang
4. Sikap apatis berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Motivasi lebih besar
7. Hasil belajar lebih tinggi
8. Retensi atau penyimpanan lebih lama
9. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
10. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

Kelemahan cooperative learning yaitu:
1. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup.
2. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya.
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.











BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam karya tulis ini adalah:
1. Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi penting untuk mendorong siswa meningkatkan keberhasilan belajar dan kecakapan menghadapi tantangan hidup. Kadar motivasi belajar siswa tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi tersebut hilang dari diri siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan cooperative learning pada pembelajaran matematika dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan.
2. Pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu.
3. Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru matematika. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutup kemungkinan kericuhan didalam kelas akan terjadi.

B. Saran
Saran yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah:
1. Keberhasilan cooperative learning tergantung dari siswa dan guru sehingga dibutuhkan guru yang menguasai sistem pengajaran atau penilaian cooperative learning dan siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Cooperative learning dapat dijadikan alternatif menarik dalam peningkatan motivasi belajar siswa disekolah.
3. Cooperative learning dalam pembelajaran matematika membantu siswa dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan sehingga pihak sekolah harus dapat memberikan suatu inovasi terbaru dalam pembelajaran ini.


3 komentar:

miracle_hannan mengatakan...

assalamu'alaikum........
salam kenal ya.........,,,
bs minta info apaaaaaa ajah ttg make a match?? buku nya ato penjelasan2 lainnya..,,
tlg kirim ke email saya miracle_hannan@yahoo.com ya.....
lagi perlu banget bwt skripsi sy nie..,,mohon bantuannya ya..,,
terimakasih sebelumnya

FISIKA PASCA SARJANA UM mengatakan...

tulisannya oke
kunjungi juga
ayobelajarfisika.blogdetik.com

Javanet Media mengatakan...

Javanet Media : Sepppp, makasih banyak gan, update terus ya gan tips tips yang lain :)