KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN Angakatan 2005 | Kurtekdik '05 Community : Ulul Fadly | Dwi Puspitasari | Devi Anjar | Wahyu Widyaningsih | Resti Dewi | Devi Ari | Satriyo Abdi Yudo| Ery Setyo | Dwi Pramono | Siti Astuti | Desi Widi | Miftahul ulum | Sigit Prasetyo | Suci Rokhani | Bentar Saputro | Ratih Anggita | Siti Nurwachidah | Bedzy Riasari | M.Sidiq | Khusnul Khoifah | Wahyu Budi L. | Dewi Indah Puspo | Okta Permata | Bambang Dwi | M.Q Zaman | Hermawan | AH. Tasmuri | Cahyo Adi | Aris Munandar | Akaat Hasjiandito | Joko Susanto | Titin Ernawati | Lilis Andriani | Wiji Suryani | Budiono | Eka Fitriana | Eka Fitriani | Yanuar Eska | Sri Susilowati | Anna Meriana | Ade Yusupa | Anindita Widya W| Miftachul Fauzy | Ari Suprihatin | M.Nur Huda | Adi Supriyadi | Nur Aeni W. | Didik Hartawan | M.Nur Saean | Herman Malinton | Nicky Secioria |

28 Mei 2008

STRATEGI MEMANFAATKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH DASAR

STRATEGI MEMANFAATKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
PADA SEKOLAH DASAR

Disusun oleh:
Budiono 1102405063
Yanuar Eska P 1102405066
Okta Permata P 1102405041





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan bahasa, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal tulisan adalah menggunakan bahasa gambar. Bahasa itu sendiri berfungsi sebagai alat komunikasi yang diperggunakan secara luas dalam setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, pendidikan, bisnis, hiburan dan sebagainya.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, Pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya
Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan menggungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa inggris (Depdiknas, 2003:4)
Anita Lie, Sekjen Dewan Pendidikan Jatim; Associate Director Asia Teel (Teachers Of English As a Foreign Language) menyatakan bahwa belajar bahasa inggris disekolah dasar (SD) dan menenggah (SMP/SMA/SMK) mempunyai dua tujuan. Pertama, siswa perlu menyiapkan diri agar bis membaca buku teks dalam bahasa inggris ditingkat perguruan tinggi. Kedua, kemampuan berbahasa inggris masih digunakan sebagai factor penentu guna mendapatkan pekerjaan dan Imbalan menarik.
Bahasa inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa inggris.
Tingkat kemampuan itu mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987).
Pembelajaran bahasa khususnya bahasa inggris memiliki tujuan agar peran siswa terampil berbahasa yang mencakup masalah ketrampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Salah satu metode pembelajaran kosakata yang dirasa cukup menarik adalah pembelajaran dengan menggunakan permainan. Pembelajaran dengan menggunakan permainan akan sangat efektif untuk menjelaskan suatu pengertian niskala (abstrak) atau konsep yang sering sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dengan permainan, siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil, dampak dan seterusnya (Suyatna, 2005 : 12)
Metode pembelajaran dengan permainan (learning games) yang merupakan kombinasi dengan media pembelajaran adalah pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan kosakata pada pembelajaran bahasa inggris SD.
Terdorong oleh hal-hal diatas itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan karya ilmiah mengenai “Pemanfaatan Media Gambar untuk meningkatkan kosakata pada pembelajaran bahasa inggris kelas V SD.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang diajukan membahas tentang :
1. Pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional. Guru kurang kreatif dan miskin inovasi dalam menyampaikan materi pelajaran. Bahkan terkesan guru hanya ingin penyampaian materi itu cepat selesai tanpa memperdulikan bagaimana proses pembelajaran yang berlansung dan keluaran yang dihasilkan.
2. Kurangnya motivasi dari siswa untuk mengikuti pembelajaran dikelas, siswa cenderung kurang aktif sehingga sehingga menyebabkan pembelajaran bersifat teacher-centered. Siswa hanya menerima materi, menulis, dan mengikuti semua yang dilakukan guru, akibatnya pembelajaran hanya bersifat verbalistik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka Rumusan masalah yang diajukan mengenai :
1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan kosa kata dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran bahasa inggris sekolah dasar?


D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui apakah Pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan kemampuan kosakata pada pembelajaran bahasa inggris anak SD.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Memberikan motivasi serta pertimbangan dalam penyediaan dan pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk memperlancar proses belajar mengajar. Selain itu dapat memberikan masukan kepada guru untuk selalu menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan menarik.
2. Dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar mengajar bahasa inggris di SD terutama yang berkaitan dengan kemampuan kosakata.
3. Memberikan masukan tentang manajemen guru dalam mengelola proses pembelajaran (khususnya dalam penggunaan media ataupun metode yang trpat) agar tujuan pendidikan secara instruksional tercapai optimal.















BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran bahasa inggris
1.1 Pengertian Pembelajaran
Suatu proses belajar harus ad interaksi anatara siswa dan guru. Hal ini harus terjadi agar dalam suatu PBM (proses belajar mengajarar) tidak terasa monoton dan hanya bisa berinterksi satu arah. Interaksi siswa dan guru yang baik akan dapat meningkatakan atau memajukan proses belajar mengajar yamg baik.
Interaksi ini mencakup segala hal yang terjadi dalam proses pembelajaran Saat guru menerangkan suatu pelajaran dan siswa dapat menanggapi dengan baik memperhatikan guru, ini yang disebut interaksi yang tidak monoton. Dalam hal interksi seperti ini jika guru bertanya dan murid bisa menjawab ini juga interaksi yang tidak monoton.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dimaksud dengan interksi dlam proses pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa sehingga mendapatkan suasana yang kondusif dalam upaya memajukan suatu proses pembelajaran.
Sedangkan belajar merupakan proses memperoleh kecakapan, ketrampilan dan sikap. Gagne (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman.
Menurut Gagne dalam Yamin, 2005: 17, belajar merupakan kegiatan yang kompleks dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar merupakan proses kognitif. Lingkungan sekitar banyak mempengaruhi sikap dan perilaku masing-masing individu, seperti pola berfikir, bertindak, berbicara, sikap, gaya bahasa, watak dan lain sebagainya. Lingkungan pendidikan terdiri dari rumah tangga, sekolah, dan lingkungan lainnya.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (apektif).

1.2 Pembelajaran Bahasa Inggris SD
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan buaya.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan dan tulis yang direalisasikan dalam 4 keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Tingkat Literasi mencakup performative, fungsional, infomational dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan kedalam bahasa sasaran.
Pembelajaran bahasa Inggris ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat finctional, yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Diharapkan dapat mencapai tingkat informational karena mereka disiapkan untuk melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi. Tinggi literasi epistemic dianggap terlalu tinggi untuk dapat dicapai oleh peserta didik karena bahasa Inggris di Indonesia merupakan bahasa asing.
Adapun tujuan dan ruang lingkup pembelajaran bahasa inggris bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional.
2. Memiliki kesadaran tentang hakekat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
3. Mengembangkan peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.
Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Inggris :
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan atau tertulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa baik bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu melalui perbandingan kedua bahasa tersebut.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa dapat melintasi budaya dan melibatkan diri dalam keragaman.



2. Media Gambar
2.1Media gambar sebagai salah satu media pembelajaran
Dalam pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa asing media mempunyai peran penting karena beberapa alasan. Media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Media pembelajaran yang biasa digunakan meliputi permainan, video, CD, VCD, tape, dan sebagainya. Ketersediaan media di suatu kelas akan mempengaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.

2.2 Pengertian Media Gambar
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Alat peraga dapat memberi gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anak sekolah dasar.Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks ,tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar media inggris. Media Intervi menurut Heinrich ( 1981) adalah yang media digunakan untuk membawa pesan dengan suatu tujuan. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media pembelajaran yang efektif

Dibawah ini beberapa pengertian media gambar, diantaranya :
b. Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor ( Hamalik, 1994 : 95 )
c. Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja ( Sadiman, 1996 : 29 )
d. Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan ( Soelarko, 1980 : 3 )
Manfaatmedia pembelajaran bagi guru adalah :
1. Memudahkan pengertian ketika anak-anak sedang mendengarkan
2. Dapat melafalkan dengan baik arti dari kosa kata
3. Dapat membaca dengan benar
4. Tersedianya suatu topik kata
5. Memudahkan jalan komunikasi antara guru dan murid
Ada berbagai macam yang alat peraga visual yang secara efektif dapat digunakan oleh para guru di dalam kelas.Guru sekolah dasar harus menggunakan beberapa alat peraga visual dalam pembelajaran untuk memudahkan mengajar.Sebagian dari alat peraga visual yang kita dapat digunakan adalah , gambar-gambar, tabel, poster, kartun dan benda nyata.
Gambar yang berwarna – warni dapat membuat murid dalam belajar bahasa inggris menjadi semangat. gambar ini dapat menerjemahkan konsep abstrak menjadi lebih realistis dan berwujud,sehingga murid tidak hanya dapat membayangkan saja.Dengan mengambil gambar-gambar dari surat kabar, majalah dan kalender tentu tidak membutukan biaya mahal. Disamping itu suasana pembelajaran menjadisemakin menyenangkan. Ini dapat dilakukan disemua tingkatan disekolah dasar.
Simpulannya media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk 2 dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan yang berhu7bungan denagn pokok bahasan.
1. Fungsi Media Gambar
Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adlah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan guru. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah :
a. Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.
b. Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.
c. Fungsi ekonomis; artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal.
d. Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan.
e. Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 1994 : 12)
Fungsi-fungsi tersebut diatas terkesan masih bersifat konseptual. Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran adalah sebagai berikut :
a. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi pesrta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal didaerah pegunungan.
b. Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang diruang kelas.
c. Mengatasi keterbatasan kemampuan indera
d. Mengatasi peristiwa alam, misalnya rekaman peristiwa letusan gunung berapi untuk menerangkan gejala alam.
e. Menyederhanakan kompleksitas meteri.
f. Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar (Rohani ,1997 : 6-7).
2. Karakteristik Media
Menurut Rahadi ( 2003 : 27-28) ada beberapa karakteristik media gambar :
1). Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung
2). Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut
3). Ukuran gambar proporsionsl, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.
4). Memadukan antara keindahan dengan kesesuiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4). Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kelebihan Media Gambar :
 Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.
 Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
 Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
 Memperjelas masalah bidang apa saja
 Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan ( Sadiman; 1996: 31 )
Adapun kelemahan Media Gambar :
 Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.
 Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif.
 Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Rahadi, 2003 :27).

Menurut Sudjana (2001 :12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut :
a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.
b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.
c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.
d. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1 halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa menjadi efektif.
f. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan gambar.
Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melaui pengungkapan kata-kata dan gambar.

3. Tinjauan Tentang Kosakata
Kosakata merupakan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan ( TIM penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1995 : 327), sedangkan menurut Zainuddin (1992 : 8), kosakata digunakan untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk dan jenis benda, bisa menggunakan kesatuan bahasa yang bermakna, yang disebut kata atau kelompok kata.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Sehingga bisa dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya (Tarigan, 1993 : 2-3). Hal ini selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1985 : 3) yang memberikan pandangan tentang pentingnya memahami kosakata sebagai berikut :
1. Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya.
2. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual.
3. Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan kosakata.
4. Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan dan status sosial.
5. Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan
6. Penelaahan kosakaa yang efektif hendaknya beranjak dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.
Tujuan pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa yang mencakup mesalah keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang memadai. Penguasaan kosakata yang memadai itu menentukan kualitas orang seorang dalam berbahasa.
Dengan menguasai kosakata yang memadai dan pelatihan yang cukup diharapkan dapat mencapai hal berikut :
a. Meningkatkan kemampuan para siswa
b. Meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa
c. Mempertajam proses berfikir dan
d. Mempelajari kosakata secara umum kita perkenalkan kosakata dasar
(http: // www.ialf.edu)
Pada kelas awal seperti kelas VII SMP/MTs, pembelajaran bahasa asing dengan pengenalan kosakata dasar. Alasannya agar mempermudah siswa mempelajari bahasa, khususnya bahasa Inggris karena dikenalkan dengan kata-kataa sederhana dari lingkungan sekitar dirinya. Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata0kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain (Tarigan,1993 :3) kedalam kosakata dasar ini telah termasuk :
a. Istilah kekerabatan : misalnya ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, bibi, paman, dll
b. Nama bagian tubuh : misalnya kepala, rambut, hidung, telinga, pipi, gigi, kaki, tangan, jari, dll
c. Kata ganti (diri, penunjuk) : misalnya saya, kamu, dia, mereka, kalian, sana, situ, itu, ini, dll
d. Kata bilangan pokok : misalnya satu, dua, tiga, lima, tijuh, sepuluh, duapuluh, seratus, seribu, sepuluh ribu, dll
e. Kata kerja pokok : misalnya makan, minum, tidur, mandi, memasak, menulis, membaca, dll
f. Kata keadaan pokok : misalnya suka, duka, senang, susah, lapar, malam, siang, pagi, dll
g. Benda-benda universal : misalnya tanah, air, sepi, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan, dll
Menurut Tarigan ( 1993 : 23 ), kosakata selain untuk meningkatkan kuntitas dan kualitas kosakata para siswa, namun dapat bertujuan untuk :
a. Meningkatkan taraf kehidupan siswa
b. Meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa
c. Meningkatkan perkembangan konseptual para siswa
d. Mempertajam proses berfikir kritis para siswa
e. Memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa.

B. Standar Kompetensi Dasar

Kelas IV Semester I
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1





2



















3






4 Mendengarkan
Memahami instruksi
sangat sederhana dengan
tindakan dalam konteks
kelas
Berbicara
Mengungkapkan
instruksi dan informasi
sangat sederhana dalam
konteks kelas















Membaca
Memahami tulisan
Bahasa inggris sangat
Sederhana dalam konteks kelas


Menulis
Mengeja dan menyalin
tulisan bahasa inggris
sangat sederhana dalam
konteks kelas


 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara berterima dalam konteks kelas
 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks kelas


 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur: mengenalkan diri, memberi salam/ sapaan, memberi salam perpisahan, dan memberi aba-aba
 Bercakap-cakap untuk meminta/ memberi jasa/barang secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang, dan memberi barang
 Bercakap-cakap untuk meminta/ memberi informasi secara berterima yang melibatkan tindak tutur: berterima kasih, meminta maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan mengajak
 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan: thank you, sorry, please, dan excuse me

 Membaca nyaring dengan melafalkan alphabet dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana
 Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana
 Mengeja ujaran bahasa inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana
 Menyalin tulisan bahasa inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis
Kelas IV Semester 2
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5





6






















7








8 Mendengarkan
Memahami instruksi
Sangat yang sederhana dengan tindakan dalam konteks sekolah

Berbicara
Mengungkapkan
instruksi dan informasi
sangat sederhana dalam
konteks sekolah


















Membaca
Memahami tulisan
Bahasa inggris sangat Sederhana dalam konteks sekolah




Menulis
Mengeja dan menyalin
Kalimat yang sangat sederhana dalam konteks sekolah




 Merespon instruksi sangat sederhana dengan tindakan secara berterima dalam konteks sekolah
 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal

 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan memberi petunjuk
 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan, memberi bantuan, meminta barang, dan memberi barang
 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi secara berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi informasi, memberi pendapat, dan meminta kejelasan
 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan: do you mind ... dan Shall we ...





 Membaca nyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan: kata, frasa, kalimat sangat sederhana, dan teks sangat sederhana
 Memahami kalimat, pesan tertulis dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana secara tepat dan berterima

 Mengeja kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima
 Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan tanda baca yang tepat seperti: ucapan selamat, ucapan terima kasih, dan ucapan simpati


BAB IV
PEMABAHASAN

1. Cara meningkatkan kemampuan kosakata dengan menggunakan media gambar
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Banyak cara yang digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan kosakata, antara lain:
1. Gambar yang berwarna – warni dapat membuat murid dalam belajar bahasa inggris menjadi semangat. gambar ini dapat menerjemahkan konsep abstrak menjadi lebih realistis dan berwujud,sehingga murid tidak hanya dapat membayangkan saja.Dengan mengambil gambar-gambar dari surat kabar, majalah dan kalender tentu tidak membutukan biaya mahal. Disamping itu suasana pembelajaran menjadisemakin menyenangkan. Ini dapat dilakukan disemua tingkatan disekolah dasar
2.menggunakan benda-benda nyata seperti mainan, boneka, buah-buahan dari plastik,alat-alat dapur,alat-alat pertukangan,alat-alat olah raga dan lain-lain.Dengan adanya benda-benda nyata tersebut dapat membantu murid-murid untuk melihat, menyentuh, mempelajari benda-benda tersebut.
3. Para guru dapat juga membuat kartu dengan gambar dan kartu dengan kata-kata, untuk digunakan permainan.Itu memudahkan para siswa untuk mempraktekkan kosa kata mereka. Permainan ini biasanya di lakukan berpasangan atau berkelompok
Dengan cara-cara tersebut siswa dapat dengan mudah memahami dan mengingat banyak kosakata. Yang nantinya dapat mempermudah siswa dalam proses belajar. Penguasaan kosakata dalam pembelajaran Bahasa Inggris sangatlah penting. Misalnya, Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic.Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987).
Pembelajaran bahasa khususnya bahasa inggris memiliki tujuan agar peran siswa terampil berbahasa yang mencakup masalah ketrampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Salah satu metode pembelajaran kosakata yang dirasa cukup menarik adalah pembelajaran dengan menggunakan permainan. Pembelajaran dengan menggunakan permainan akan sangat efektif untuk menjelaskan suatu pengertian niskala (abstrak) atau konsep yang sering sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dengan permainan, siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil, dampak dan seterusnya (Suyatna, 2005 : 12).








BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan menggungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa inggris.
Para guru dapat juga membuat kartu dengan gambar dan kartu dengan kata-kata, untuk digunakan permainan.Itu memudahkan para siswa untuk mempraktekkan kosa kata mereka. Permainan ini bias dilakukan pasangan atau berkelompok
Alat peraga dapat memberi gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anak sekolah dasar.Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks ,tetapi dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar media inggris. Media Interview menurut Heinrich ( 1981) adalah yang media digunakan untuk membawa pesan dengan suatu tujuan. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media pembelajaran yang efektif
B. Saran
Para guru dapat juga membuat kartu dengan gambar dan kartu dengan kata-kata, untuk digunakan permainan.Itu memudahkan para siswa untuk mempraktekkan kosa kata mereka. Permainan ini bias dilakukan pasangan atau berkelompok
Kita tidak perlu menggunakan media yang mahal,dapat kita gunakan hal – hal yang ada di sekitar kita yang tidak memerlukan biaya. Guru dapat menggunakan surat kabar dan majalah bekas sebagai sarana untuk media pembelajaran.Hal ini tentu tidak memerlukan biaya banyak..
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya Bakti
Sadiman, Arif. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Raja
Soelarko. 1980. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruktsional Edukarif. Jakarta: Rineka Cipta
Rahadi, Ansto. 2003. Media Pembelajaran Jakarta : Dikjen Dikti Depdikbud
Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru Algensindo
Tarigan, Henry. 1985. Penggalan Kosakata. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan, Henry. 1993. Pengajaran Kosakata. Jakarta: Rineka Cipta
Nasution. 1996. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

Read More......

19 Mei 2008

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN VIDEO CD GUNA MENGIMBANGI TUNTUTAN PENDIDIKAN YANG SEMAKIN KOMPLEK

NAMA : ANNA MERINA
NIM : 1102405068
JUR : KURTEKDIK


PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN VIDEO CD GUNA MENGIMBANGI TUNTUTAN PENDIDIKAN YANG SEMAKIN KOMPLEK


A. Latar Belakang
Salah satu kebijakan pendidikan yang dituangkan dalam Propenas 1999- 2004 adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan akan terus dilakukan, di antaranya dengan melengkapi sekolah-sekolah dengan berbagai sarana dan sumber belajar di sekolah. Hal itu sejalan dengan undang-undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mensyaratkan agar setiap satuan pendidikan jalur sekolab menyediakan sarana belajar yang memadai sebagai pendukung pelaksanaan pendidikan.
Sesuai dengan sifatnya, media audio visual memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan media lainnya. Media audio visual dapat membuat konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit, dapat menampilkan gerak yang dipercepat atau diperlambat sehingga lebih mudah diamati, dapat menampilkan detail suatu benda atau proses, serta membuat penyajian pembelajaran lebih menarik, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini penggunaan media pendidikan, khususnya media audiovisual, sudah merupakan suatu tuntutan yang mendesak. Hal ini disebabkan sifat pembelajaran yang semakin kompleks.
Terdapat berbagai tujuan belajar yang sulit dicapai hanya dengan mengandalkan penjelasan guru. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimat diperlukan adanya pemanfaatan media, salah satunya adalah media audio visual.
Dalam rangka itu maka sesuai tugas dan fungsinya, Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan (PUSTEKKOM) telah mengembangkan sejumlah program video pembelajaran yang ditujukan bagi siswa SD, SLIP, dan SMU. Program tersebut saat ni sudah tersebar di beberapa sekolah.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa berbagai media yang ada termasuk program video pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini antara lain disebabkan tidak siapnya sumber daya manusia yang ada di sekolah untuk memanfaatkan program media. Untuk itulah buku ml disusun berbagai upaya agar program video CD pembelajaran bisa dimanfaatkan secara optimal.
B. Pengertian
VideoNCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencema materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik.
Secara fisik Video CD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta TV monitor. Program video yang dimaksud dalam pedoman ni adalah program-program yang diproduksi oleh PUSTEKKOM DEPDIKNAS.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Secara umum tujuan penyusunan pedoman pemanfaatan mi adalah agar pemanfaatan program Video CD Pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.
Tujuan Khusus:
Secara khusus Pedoman mi dimaksudkari untuk membantu agar:
1. Kepala sekolah dapat mengelola kegiatan pemanfaatan program video pembelajaran di sekolahnya.
2. Guru dapat memanfaatkan program video pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
3. Pembina dan pengawas pendidikan dapat membina pemanfaatan VCD pembelajaran pada sekolah-sekolah di wilayahnya.
Pedoman ini ditujukan bagi:
1. Pembina dan pengawas pendidikan
2. Para pelaksana perididikan pada tingkat sekolah (kepala sekolah dan guru)
D. Sasaran
Para siswa khususnya SD, SLTP dan SMU
E. Pemanfaatan
Ø Pola-pola Pemanfaatan
Cara memanfaatkannya sesuai kebutuhan dan karakteristik materi dan masing-masing program, misalnya:
· Program diputar dan awal hingga akhir dan dilkuti dengan diskusi atau tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi.
· Program diputar bagian per bagian, kemudian dapat diselingi dengan diskusi, penjelasan atau bermain peran dan diakhiri dengan evaluasi.
· Dengan cara lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Pemanfaatan program video pembelajaran mi dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, atau individual.
1. Pola Kiasikal
Pola kiasikal adalah pola pemanfaatan video pembelajaran yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam sistem ini program video bisa berlungsi sebagai pengayaan atas materi yang diajarkan oleh guru di kelas.
Namun demikian program video pembelajaran juga bisa menjadi materi pokok, sedangkan pendalamannya dilakukan melalui penjelasan guru. Hal ini tergantung isi materi yang terdapat dalam program apakah matennya merupakan program pokok atau program pengayaan.
Dalam pemanfaatan secara kiasikal guru hendaknya dapat merangsang siswa agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif, misalnya dengan memberikan sugesti, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang jawaban atau petunjuknya terdapat di dalam program.
Dalam pemanfaatan secara klasikal hendaknya digunakan TV monitor berwarna minimal ukuran 21 inch. Letakkanlah pesawat TV pada ketinggian yang cukup agar siswa yang duduk di bagian paling belakang masih dapat menyaksikan gambar secara jelas. Akan lebih bagus lagi bila penayangannya menggunakan LCD proyektor, karena gambar dapat diproyeksikan dengan ukuran yang Iebih besar.
Bagaimana tempat duduk siswa diatur? Agar siswa bisa menyaksikan gambar pada pesawat TV dengan nyaman, perlu dilakukan pengaturan tempat duduk siswa.
Jarak tempat duduk siswa yang paling dekat dengan TV adalah 4 x lebar layar televisi, sedangkan tempat duduk terjauh adalah 12 x lebar layar TV. Tempat duduk harus berada pada area sudut 90°, karena siswa yang duduk di luar titik pandang itu tidak dapat menyaksikan program dengan baik.
Juga ketinggian letak TV harus diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tempat duduk siswa. Setelah menyaksikan tayangan program usahakan ada kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat berupa diskusi atau tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang dibicarakan dalam program.
Tugas yang diberikan misalnya secara kelompok meneliti sesuatu dan melaporkan hasilnya atau tugas-tugas terapan Iainnya. Apapun bentuk tugas lanjutan, petunjuk yang diberikan kepada siswa harus jelas.
2. Pola Kelompok Kecil
Jika program video dimaflfaatkan oleh sekelompok kecil siswa (antara 5-10 orang), maka pemanfaatan program tersebut disebut pola kelompok kecil. Pola ini akan lebih efektif bila dikaitkan dengan tugas kelompok. Tiap kelompok diberikan tugas yang berbeda, untuk memanfaatkan program. Pemanfaatannya bisa dilakukan di sekolah atau bisa juga di salah satu rumah siswa di luar jam pelajaran.
Konsekuensinya pihak sekolah hams menyediakan fasilitas kepada siswa untuk dapat memanfaatkan program di luar jam sekolah. Jika pemanfaatannya di salah satu rumah anggota kelompok, maka pihak sekolah cukup menyediakan software (CD) untuk dipinjamkan ke siswa dan ke esokan hannya harus sudah dikembalikan agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Kepada tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain (yang tidak sedang presentasi) boleh menyanggah, menambah/menyempurnakan bahkan mengurangi. Dalam presentasi hasH kelompok mi guru berfungsi sebagal fasilitator.
3. Pola individual
Secara individual siswa diperkenankan memanfaatkan program video pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah masing-masing. Pemanfaatan secara individual ini bisa atas inisiatif siswa itu sendiri, atau bisa juga atas inisiatif guru. Tetapi akan lebih bagus bila inisiatif itu datang dan siswa, karena hal ini berarti siswa akan lebih termotivasi. OIeh karena itu guru harus pandai-pandai merangsang siswa agar timbul kebutuhannya untuk menyaksikan program.
Akan lebih baik jika pihak sekolah memiliki kopi program Iebih dan 3 buah untuk setiapjudulnya. Dengan demikian pelayanan pembelajaran kepada siswa akan lebih sempurna, sehingga sekolah diharapkan memiliki tulusan yang lebih berkualitas.
Ø Langkah Pemanfaatan
1. Persiapan sebelum memanfaatkan program video pembeIajarafl~ guru hendaknya metakukan hat-hal sebagai benkut.
a. Menyusun jadwal pemanfaatafl disesuaikafl dengan topik dan program belajar yang sudah dibuat.
b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah.
c. Mempelajari bahan penyerta.
d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.
f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang diperlukan.
g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat metihat dan mendengar dengan balk.
2. Pelaksanaan
Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
· Sebelum menghidupkan & memulai program video pembelajaran mengajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan balk.
· Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan
· Menjelaskan tujuan dan materi pokok dan program yang akan dimanfaatkan.













Read More......

15 Mei 2008

komentar

anindita widya w
1102405070


komentar untuk kelompoknya fauzi:
presentasi yang disampaikan sudah cukup bagus dengan power point yang menarik, jawaban yang diberikan pada penanya cukup baik dan dapat mempertahankan argumenya.


Read More......

Komentar Seminar Kelas

satriyo abdi yudo
1102405012


Untuk kelompoknya Saean, dkk :
1. presentasi kurang menarik karena laptop mati dan hanya membaca makalah saja
2. dalam makalah tidak ada pembahasan yang jelas, yaitu "apa masalah yang diangkat dan bagaimana solusi pemecahan masalahnya"
3. latar belakang masih terlalu luas, tidak mengena pada masalah yang akan dibahas
4. pembagian tugas sudah cukup baik, karena semuanya menjawab pertanyaan yang diajukan pembahas dan audiens.




Read More......

12 Mei 2008

Komentar presentasi mata kuliah seminar




Read More......

10 Mei 2008

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN (ANGKT.2005)MEMPERSEMBAHKAN

SEMINAR NASIONAL
“Pengembangan dan Implementasi TIK untuk Peningkatan Pembelajaran yang Berkualitas”
BAGI YANG MAU MENDAFTAR SILAHKAN HUBUNGI cONTACT PERSON KAMI.....

TEMA
“Pengembangan dan Implementasi TIK untuk Peningkatan Pembelajaran yang Berkualitas”
Sub tema :
1.Pemanfaatan Blog Pembelajaran,
2.Keefektifan pembelajaran dengan pemanfaatan TIK,
3.Implementasi TIK di Satuan Pendidikan.

PEMBICARA:
1.Budi Putra, S.S (CEO Blogging Network)
2.Dr. Iqbal Wibisono, M.H (Ketua Komisi E Bid. Kesra DPRD Jateng)
3.Mampuono, S.Pd (Juara I Innovative Teaching Learning
Microsoft se-Asia Pasifik)

PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu Kegiatan
Hari/ tanggal : Kamis, 29 Mei 2008
Waktu : 08-00 – 13.00
Tempat : Gedung Serba Guna (GSG) FIP UNNES

Biaya Pendaftaran :
• Rp. 15.000,- (Mahasiswa S1)
• Rp. 50.000,- (Guru, Dosen S1/S2)
• Rp. 60.000,- (Umum)
• Rp.100.000,-(Pemakalah Pendamping)

Contact Person:
o Akaat H. (085647609436)
o Wahyu BL. (085225696423)
o Bentar Sp. (0817297381)

PALING LAMBAT TANGGAL 27 MEI 2008

Read More......

07 Mei 2008

komentar

nama : sri susilowati 1102405067
komentar untuk kelompok yang kemarin ikut KKTM

walaupun belum dapat juara, tetep semangat ya.
yang penting kalian dah bisa masuk KKTM universitas dan jangan takut mencoba lagi tahun depan.
okey!!!!!!!!!!!!!
friend..............

Read More......

komentar kelompok sepuluh budi dkk

R Anggita W 1102405025


buat kelompok 10 kalian bagus bisa menjawab semua pertanyaan dari temen temen dan pembahas. tiap personil sebaiknya ikut menjawab pertanyaan yang ada. kekompakan kalian bagus. kalian sudah berusaha untuk mempertahanankan argumen. SEMANGAT.

Read More......

25 April 2008

Komentar Hasil Perkuliahan Seminar Teknologi Pendidikan

Komentar Hasil Perkuliahan Seminar Teknologi Pendidikan
Oleh : Cahyo Adi N 1102405049

Kelompok 9
anggota : Akaat, Bentar, Fibry
Judul : Aplikasi Macromedia Dreamweaver Untuk Pembelajaran Berbasis Web
Komentar : Penyajian Presentasi dalam powerpoint bagus, pelaksanaan tanya jawab juga baik dan lancar

Kelompok 10
anggota : Budiono, Yanuar, Tata
Judul : Pemanfaatan Media Gambar Pada Pembelajaran Bahasa Inggris
Komentar : Presentasi dengan powerpoint cukup bagus tapi kurang kompak karena salah satu anggota sangat pasif atau hanya diam saja

Kelompok 11
anggota : Dwi Pramono, Tasmuri, Herman Malinton
Judul : Evaluasi Penyelenggaraan TIK Dalam Pendidikan di Indonesia
Komentar : Penyajian presentasi dalam powerpoint cukup menarik, tanya jawab cukup bagus, tapi salah satu anggota sempat datang terlambat dalam presentasi

Kelompok 12
anggota : Eki, Wahyu, Hermawan
Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash Sebagai Media Interaktif Untuk Mengoptimalkan Penyampaian Materi Pelajaran Bergambar
Komentar : Presentasi sangat menarik karena tersaji dalam bentuk flash, tanya jawab berjalan baik tapi salah satu anggota terlalu pasif

Kelompok 15
anggota : M Nur Saean, Miftahul Ulum, Cahyo Adi N
Judul : Konsep Pembelajaran Orang Dewasa Dengan Metode Andragogi
Komentar : Kurang persiapan karena pembagian tugas sudah ditetapkan tapi diulur dan mendadak mengerjakannya dan pengubahan konsep materi yang ada. Presentasi tidak ada powerpoint karena laptop mati.

Kelompok 16
anggota : fauzi, Kiki, Devi anjar
Judul : Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Belajar Anak
Komentar : Presentasi hanya dilakukan satu orang saja karena anggota yang lain tidak hadir karena berhalangan, presentasi bagus dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan. salut buat fauzi.

Kelompok 17
anggota : Lilis andriyani, Eri
Komentar : Presentasi yang disajikan bagus dan lancar, tapi kondisi kurang kondusif karena ramai.

Read More......

komentar untuk kelompok 11

oleh:
SATRIYO ABDI YUDO
1102405012

Komentar untuk kelompok 11(Tasmuri, dkk)
1. Pembahasan terlalu luas dan masih bersifat umum.
2. Dalam latar belakang hanya menguraikan harapan yang akan dicapai saja dan tidak menggambarkan kondisi nyata di lapangan.
3. Penyampaian makalah terlalu cepat, sehingga audiens kurang mengerti maksud dari isi makalah.
4. Tulisan dalam slide terlalu banyak dan kurang animasi-animasi, sehingga kurang menarik.

Read More......

analisis lomba karya tulis ilmiah

Nama : Eka fitriana
Nim : 1102405064


1. Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash sebagai Media Interaktif untuk

Mengoptimalkan Penyampaian MAPEL Bergambar.
Penyaji : - Eka fitriani
- Wahyu Budi L.
- Hermawan A.
Komentar Makalah: Kenapa dalam analisis gambar harus menggunakan flash?
Kenapa tidak memakai yang lain.
Komentar Media : -


2. Judul : Sistem Pembelajaran On-Line Berbasis Blog
Penyaji : - Nur Aeni W.
- Adi Supriyadi
- Eri Setyo P.
Komentar Makalah: - Kenapa harus menggunakan blog?
- Dalam perkuliahan sistem pembelajaran ini dalam hal psikologi kurang tepat.
- Jika blog itu dikenakan biaya akan sangat merugikan.
Komentar Media : - Untuk font yang digunakan terlalu kecil dan banyak sehingga tidak menjangkau semua peserta di dalam ruangan yang luas dan panjang.
- Pembukaan terlalu banyak sehingga waktu yang disediakan untuk presentasi menjadi tidak cukup.





3. Judul : Inisiasi dini care sebagai upaya pemberdayaan Posyandu menjadi
menjadi media sosialisasi dini masyarakat.
Penyaji : - Diah Resti
- Nur Rohmah
- Aritha Rahmadani
Komentar Makalah: Dalam pembahasan tidak perlu dicantumkan tentang pasal-pasal
dan ayat, fokus saja kepada judulnya.
Komentar Media : Bahwa di Indonesia Posyandu kurang dalam mensosialisasikan
Sistem inisiasi dini kepada masyarakat bukan hanya program
Ini tetapi juga program lainnya dan juga terbatasnya Posyandu.

4. Judul : Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi
( TIK) dalam Pendidikan Di Indonesia.
Penyaji : - Ah. Tasmuri
- Dwi Pramono
- Herman malinton
Komentar Makalah: - Judul harus diperbaharui
- Penulisan salah dalam kata penulisan
- Judulnya kurang tepat dalam LKTM
Komentar Media : -

5. Judul : Konsep Smart Card Baru
Penyaji : - Hidayat dkk.
Komentar Makalah; Konsep keberhasilan metode ini semakin sering digunakan semakin baik proses pembelajaran dengan sistem menyenangkan.
Komentar Media : Media yang dipakai terlalu sederhana



6. Judul : Cooperatif Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika.
Penyaji : - Desi Widi H.
- Wahyu widyaningsih
- Ari Suprihatin

Komentar Makalah: - Sangat baik sekali
- Program harus dalam BAB pembahasan bukan pada latar belakang
- Hanya mengangkat permasalahan cooperative learning dalam mata pelajaran matematika. Faktor hanya dari model cooperative learning dalam pembelajaran itu sendiri tidak ada.
Komentar Media : Penulisannnya sangat bagus dan berurutan.

7. Judul : Bernyanyi untuk alam sebagai upaya meningkatkan kesadaran,
menjaga lingkungan pada anak-anak.
Penyaji ; Hendrasyah dkk.
Komentar Makalah: Latar belakangnya terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaran karena disini dibahas tentang kebakaran-pencurian
Komentar Media : Terlalu rame dan warna contras

8. Judul : Compact Disk Of Autism Children Theraphy (CDAT).
Penyaji : Dian Bayu P. dkk
Komentar Makalah; Tingkat keefektifannya kurang
Komentar Media : Medianya kurang memberi penjelasan dalam bentuk compact disk sehingga kurang dimengerti.

9. Judul : Penanaman Nilai Modal Melalui PGTK
Penyaji : Sri Lestari Ningsih dkk.
Komentar Makalah: - Dalam hal ini anak didik tertarik pada pembawannya bukan pada tokohnya.
- Pada kata pengantar atau latar belakangnya dalam imajinasi anak belum mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan proses pembelajarannya.
Komentar Media ; -

10. Judul : Laerning Styles Apporropriate (LSA) sebagai metode
pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak usia 8-10 tahun.
Penyaji : - Gladis
- Nuqsan
Komentar Makalah: -
Komentar Media : tulisan dan fontnya terlalu style dan kecil untuk taraf presentasi.

11. Judul : Televisi sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter
Perilaku positif dan meningkatkan hasil belajar.
Penyaji : - Aris Munandar
- Miftahul Fauzi
- Devi Anjar
Komentar Makalah : Tidak menjelaskan bagaimana memanfaatkan televisi yang benar untuk membentuk perilaku yang positif dan meningkatkan hasil belajar para pengguna televisi
Komentar Media : Tanda baca dalam penulisan kurang jelas dan terlalu sederhana.


12. Judul : Meningkatkan harmonisasi hubungan orang tua-anak bagi
semua kalangan melalui Home Scholing.
Penyaji : - Indah Suci Lestari
- Dzulifah
Komentar Makalah : Secara administrative penulisnya kurang, karena tidak mencantumkan dan menguraikan kesimpulan dalam makalah.
Komentar Media : Terlalu monoton, sehingga kurang menarik. Dan perlu adanya animasi untuk menarik perhatian peserta LKTM.

13. Judul : Coms Program Upaya Untuk Meningkatkan Minat Membaca.
Penyaji : - Ida Royani
- Nur Kholis Majid
Komentar Makalah ; - Referensi penulisan salah
- Rumusan masalah masih bersifat umum
- Program itu saja untuk umum mungkin kurang cocok dan belum tepat.
- Bagian saran untuk membaca kurang sesuai dengan isi makalah.
Komentar Media ; Antara background dan text warnanya terlalu kontras.


14. Judul : Penanaman nilai moral melalui tokoh bima dalam pembelajaran
Penyaji : Sri Lestari Ningsih dkk.
Komentar Makalah ; Dalam pembelajaran lewat wayang Bima sebagai tokoh yang baik ini, apakah anak-anak sudah mampu untuk mengaplikasikan proses pembelajarannya lewat tokoh tersebut? Padahal imajinasi anak belum sampai pada taraf ini, jadi kurang cocok jika diterapkan untuk anak-anak TK
Komentar Media : Media yang digunakan sudah cukup baik, karena selain menggunakan slide power point, kelompok ini menggunakan media wayang dan melakonkannya.


Read More......

23 April 2008

Multiple Inteligen Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran

MULTIPLE INTELEGEN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN


Oleh:

Siti Astuti 1102405016
Ratih Anggita W. 1102405025
Khusnul Khoifah 1102405036
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai dugaan dan fakta menyatakan bahwa mutu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia rendah, bahkan sangat rendah. Data Human Development Indexs (HDI) tahun 1999 s.d. 2001 menempatakan Indonesia pada posisi 105 s.d. 109 diantara 175 negara jauh dibawah tiga negara tetangga Indonesia. Hasil survai Political and Economic Rick Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong menunjukan bahwa

diantara 12 negara yang disurvai, sistem dan mutu pendidikan Indonesia menempati urutan 12 dibawah Vietnam (Tim BBE, 2001).
Salah satu indikasi dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN selama sepuluh tahun terakhir juga menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa Indonesia tergolong rendah. Berbagai sinyalemen dan dugaan banyak kalangan juga relatif senada. Jika semua dugaan dan data tersebut cermat dan benar, hal ini merupakan isyarat keterpurukan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran Indonesia; isyarat rendahnya mutu dan prestasi pembelajaran di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan khususnya pembelajaran di Indonesia merupakan cerminan rendahnya atau kurangnya kualitas profesionalnya guru dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pembelajaran, di samping banyak faktor lain. Secara langsung banyak kalangan
Secara langsung banyak kalangan menyatakan bahwa profesionalitas guru-guru Indonesia secara umum termasuk guru bahasa Indonesia masih memprihatinkan dibandingkan dengan profesionalitas guru-guru di negara lain. Kondisi objektif di lapangan memang menunjukkan tanda-tanda masih kurang atau rendahnya profesional, antara lain:
(1) Masih banyak guru bahasa Indonesia yang bertugas di SD/MI maupun di SMP/MTs dan SMA/MA yang tidak berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya. Contoh di sebagian besar Madura masih banyak guru bahasa Indonesia MI yang berlatar belakang lulusan pondok pesantren. Demikian juga, di sebagian besar Jawa Timur juga masih banyak guru MI yang berlatar belakang pondok pesantren di Banjarnegara juga masih bnayak guru yang mngajarkan mata pelajaran tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya salah satu sekolha yang sepeti itu di daerah kecamatan mandiraja desa jalatunda SDN 2 Jalatunda masih banyak guru yang mengajar banyak materi.
(2) Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri dan memuthakirkan pengetahuan mereka secara terus menerus-menerus dan berkelanjutan meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin mengikuti program pendidikan.
(3) Masih banyak guru yang kurang terpacu, terdorong dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru. Para guru umumnya masih kurang mampu menulis karya ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni.
(4) Hanya sedikit guru Indonesia yang secara sungguh-sungguh, penuh kesadaran diri dan kontinu menjalin kesejawatan dan mengikuti pertemuan–pertemuan untuk mengembangkan profesi .
Keempat hal di atas setidak-tidaknya merupakan bukti pendukung bahwa mutu profesionalitas guru di Indonesia masih rendah. Kurang memuaskan, bahkan memprihatinkan meskipun berbagai upaya pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas sudah dilakukan oleh pemerintah. Hal itu terjadi karena terdapat berbagai kendala pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas guru di Indonesia, di antaranya adalah;
(a) Kendala personal berupa rendahnya kesadaran guru untuk mengutamakan mutu dalam pengembangan diri, kurang termotivasinya guru untuk memiliki program terbaik bagi pemberdayaan diri, tertanamnya rasa tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengembangkan profesi.
(b) Kendala ekonomis berupa terbatasnya kemampuan financial guru untuk secara berkelanjutan mengembangkan diri, amat rendahnya penghasilan sebagai guru sehingga memaksa mereka bekerja macam-macam, dan banyaknya pungutan dan pembiayaan kepada mereka sehingga mengurangi kemampuan ekonomis untuk mengembangkan profesi.
(c) Kendala struktural berupa banyaknya pihak yang mengatur dan mengawasi guru sehingga mereka tak bisa bekerja dengan tenang, rumitnya jenjang dan jalur pengembangan profesi dan karier sehingga mereka merasa tidak berdaya dan terlalu ketat dan kakunya berbagai birokrasi yang mengikat para guru sehinngga tidak mampu mengembangkan kreativitas.
(d) Kendala sosial berupa rendahnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru, kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan profesi guru, dan kurangnya fasilitas sosial bagi pengembangan profesi guru.
(e) Kendala budaya berupa rendahnya budaya kerja berorientasi mutu hingga para guru bekerja seadanya.
Berbagai kendala tersebut berkorelasi dengan faktor-faktor lain di luar bidang pendidikan dan pembelajaran sehingga membuat para guru tidak berdaya, tidak otonomi dan berdaulat. Kendala-kendala tersebut selain dapat diatasi dengan strategi personal, ekonomis, struktural, social, dan kultural juga dapat diatasi dengan mengembangkan multiple intelegensi.

B. Rumusan Masalah
Berdarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan dua permasalahan pokok yang akan dijsadikan bahan kajian lebih lanjut.
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar degan multiple intelegensi?
2. Bagaimana dampak multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru?


C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan dua tujuan utama dari karya tulis ini, yaitu:
1. Mendiskripsikan multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru.
2. Mendiskripsikan dampak multiple intelegensi dalam peningkatan kualias guru.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru.
2. Secara praktis diharapkan prosedur multiple intelegensi dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran bahasa indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Intelegensi Ganda
Gardner mendefinisikan intelgensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993). Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Inteligensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru sungguh berinteligensi tinggi bila dia dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin tinggi inteligensinya bila ia dapat memecahkan persoalan dalam hidup nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi hidup yang sungguh kompleks. Maka, untuk mengerti inteligensi seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup, bukan hanya dengan tes di atas meja. Inilah perbedaannya dengan pengukuran IQ seseorang, IQ diukur dengan tes di atas meja.
1. Kriteria Suatu Inteligensi
Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya, dapat juga menciptakan suatu produk baru, dan bahkan dapat menciptakan persoalan berikutnya yang memungkinkan pengembangan kemampuan baru. Jadi, dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian. Kepampuan itu sungguh mempunyai dampak, yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Namun, tidak berhenti disitu, pengetahuan juga dapat menciptakan persoalan-persoalan lebih lanjut berdasarkan persoalan yang dipecahkan, untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih maju dan canggih. Gardner menambahkan bahwa pemecahan persoalan itu terjadi dalam konteks budaya tertentu. Dengan demikian, dapat terjadi cara pemecahan suatu masalah menjadi berbeda-beda karena perbedaan budaya.
Secara umum Gardner memberikan syarat kemampuan yang dapat dipertimbangkan sebagai inteligensi dalam teori inteligensi gandanya, yaitu bersifat universal. Kemampuan itu harus berlaku bagi banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Maka, kemampuan makan dan minum banyak tidak dianggap sebagai inteligensi.
Kedua, kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak seseorang, bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training. Kemampuan itu sudah ada sejak orang lahir, meski dalam pendidikan dapat dikembanngkan
2. Inteligensi Linguistik.
Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar dalam berdebat.
Kegiatan atau usaha yang sangat cocok bagi orang yang mempunyai inteligensi linguistik tinggi adalah sebagai penulis puisi, novel, cerita, berita dan sejarah. Pekerjaan sebagai wartawan, jurnalis, editor, kritikus sastra, ahli sastra, cocok juga bagi inteligensi ini.
Orang yang inteligensi linguistiknya tidak tinggi, tetap dapat belajar bahasa dan menggunakan bahasa tersebut. Namun, hasilnya akan kurang lancar.
3. Inteligensi Matematis-logis
Menurut Gardner, inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Mereka suka dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pemikirannya bernalar dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila mengahadapi persoalan, ia akan lebih dahulu menganalisisinya secara sistematis, baru kemudian mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.
Orang yang kuat dalam inteligensi matematis-logis secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan filsafat. Kebanyakan para filsuf dan ahli matematika memang sangat kuat inteligensi matematis-logisnya. Orang yang berinteligensi matematis-logis mudah belajar berhitung, kalkulus dan bermain dengan angka. Bahkan, ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku matematika daripada kalimat yang panjang-panjang. Pemikiran orang ini adalah ilmiah, berurutan. Silogismenya kuat sehingga mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan analitis.
Mereka juga cocok untuk menjelaskan kenyataan fisis seperti yang terjadi dengan sains. Dengan kekuatan pada pemikiran induktif, mereka dapat dengan mudah melihat dan mengumpulkan gejala-gejala fisis, kemudian merangkumkannya dalam suatu kesimpulan ilmiah. Maka, mereka dapat menemukan suatu hukum ataupun teoridari gejala-gejala fisis yang diteliti. Itulah yang dilakukan oleh para saintis. Mereka juga dapat dengan baik melakukan tugas sehari-hari yang berkaitan dengan negosiasi seperti jual beli, berdagang, membuat strategi memecahkan persoalan, merencanakan suatu proyek, dan sebagainya. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis-logis misalnya Einsten (ahli fisika), John Dewey (ahli pendidikan), Bertrand Russell (filsuf), Stephen Hawking (ahli fisika), Habibi (mantan presiden Indonesia ahli pesawat terbang).
4. Inteligensi Ruang Visual
Menurut Gardner, inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang disebut inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkap dan data dalam bentuk grafik, juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.
Orang yang berinteligensi ruang baik dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator di tengah lautan yang luas.
Orang yang memiliki inteligensi ruang-visual tinggi punya persepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang di sekitarnya, ia dapat memandang dari segala sudut. Maka, ia dapat menggambarkan kedudukan ruang dengan baik seperti para arsitek.
Orang yang kuat dalam inteligensi ruang-visual dapat dengan baik melakukan pekerjaan seperti manggambar, melukis, memahat, menghargai hasil seni, membuat peta dan membaca peta, menemukan jalan dan lingkungan baru, mengerti dimensi tiga, bermain catur ataupun permainan yang membutuhkan kemampuan mengingat bentuk dan ruang. Beberapa tokoh berikut dapat dimasukan dalam kelompok berinteligensi ruang-visual tinggi, seperti Pablo Picassa (pelukis), Affandi (pelukis di Yogyakarta), Sidharta (pemahat), dan Michaelangelo (pelukis).
5. Inteligensi Kinestik-Badani
Inteligensi kinestik-badani, menurut Gardner, adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuk untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
Orang yang mempunyai inteligensi kinestik-badani dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapat memainkan mimik, drama dan peran. Mereka dengan mudah dan cepat melakukan gerak tubuh dalam olahraga dengan segala macam variasinya. Yang sangat menonjol dalam diri mereka adalah koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang begitu besar.
Orang yang kuat dalam inteligensi kinestik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukan dalam mereka yang berinteligensi kinestik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet), Charlie Chaplin (pemain pantomim yang ulung), Dustin Hoffman (aktor film), Marcel Marceau (pemain pantomim), Kristi Yamaguchi (penari balet di atas salju), Martina Navratilova (pemain tenis).
6. Inteligensi Musikal
Dalam hidup ini memang ada orang-orang tertentu yang sungguh menonjol bakat dan kemampuannya dalam hal musik. Kita banyak mengenal para komponis musik, seperti Bach, Mozart, Beethoven yang memang sungguh jenius dalam hal musik. Di Indonesia kita juga mengenal banyak komponis musik baik klasik, rock ataupun pop. Mereka sangat mudah mengekspresikan diri dan gagasan lewat musik dan lagu. Meurut Gardner mereka memiliki inteligensi musical yang menonjol.
Gardner menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikamati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi dan intonasi: kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian.
Orang yang kuat dalam inteligensi musikal biasanya cocok untuk mengerjakan tugas sebagai komposer musik, menginterpretasikan musik, memainkan, dan memimpin pentas musik. Dan jelas mereka juga akan akan sangat senang menjadi pendengar yang baik untuk berbagai bentuk musik.
7. Intelegensi Interpersonal
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
Siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Siswa ini kadang mudah berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak kerja sama.

8. Intelegensi Inrapersonal
Inteligensi personal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tingi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang.
Siswa yang menonjol dalam inteligensinya intrapersonal sering kelihatan pendiam, lebih suka bermenung di kelas. Bila ada waktu istirahat, kalau ada teman-teman lain bermain, ia kadang lebih suka sendirian berefleksi atau berfikir. Ia lebih suka bekerja sendiri. Bila guru memberikan tugas bebas, siswa ini kadang diam lama merenungkan tugas itu sebelum mengerjakan sendiri. Ia tidak tertarik bahwa teman-temannya mengerjakan tugas itu berkelompok. Guru yang tidak tahu sering memarahi siswa ini karena sepertinya ia tidak mendengarkan dan hanya melamun. Padahal ia sebenarnya sedang berfikir dalam.
9. Inteligensi Lingkungan
Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensi lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuannya secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Dalam pembicaraan dengan Durie, Gardner menjelaskan bahwa inteligensi lingkungan adalah kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang dan bagian-bagian lain dari lingkungan alam seperti awan atau batu-batuan.
Siswa yang mempunyai inteligensi lingkungan tinggi kiranya dapat dilihat pada kemampuannya mengenal, mengklasifikasikan, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Namun, menurut Gardner, kemampuan itu tetap dapat dikembangkan, yaitu dengan mengembangkan daya kategorisasi anak. Misalnya, dengan diberi macam-macam barang berbagai bentuk dan warna, anak diajak untuk dapat melakukan penggolongan yang sistematis.
Siswa yang berinteligensi lingkungan tinggi akan senang bila bicara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di pegunungan, karena ia dapat menikmati keindahan alam. Siswa ini juga akan mudah mempelajari biologi dan akan semakin lancar bila ia juga punya inteligensi matematis-logis.
10. Inteligensi Eksistensial
Gardner menyatakan, inteligensi eksistensial. Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaanya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Thomas Aquinas, Descrates, Kant, Sastre, Neitzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensi tinggi.
Anak yang menonjol dengan intelegensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya ditengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada disini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada disekolah, ditengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol disini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang termasuk gurunya sendiri. Misalnya tiba-tiba ia bertanya, ”apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?”.
11. Keceredasan Spiritual
Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.

B. Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Tugas dan peran guru tidakalah terbatassi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya guru merupakan komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehudupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang pembangunan. dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.

Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
a. Guru Sebagai Demonstrasor
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya nantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya kerena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
b. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (Learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yan bersifat menantang dan merangsang siswa unuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diarapkan.
c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang beguna serta dapat menujang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.
d. Guru Sebagai Evaluator
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dikatakan berhasil dan guru mampu mengoreksi selama proses belajar mengajar yang masih perlu untuk diperbaiki atau dipertahankan.

BAB III
METODOLOGI

A. Pendekatan Penulisan
Pendekatan penulisan dalam karya ini adalah kualitatif deskriptif yang berupaya melihat masalah dalam dunia pendidikan kemudian berupaya merumuskan solusi pemecahan masalahnya secara mendasar.

B. Sumber Penulisan
Sumber penulisan dalam karya tulis ini merupakan data sekunder yang diambil dari buku, berita dari internet yang relevan dengan tujuan penulisan karya ini, yaitu mengenai pendidikan, intelegensi ganda, kualitas guru.

C. Sasaran penulisan
Sasaran penilisan dalam karya tulis ini adalah para praktisi dan akademisi pendidikan.

D. Tahapan Penulisan
Tahapan penulisan karya ini dimulai dari: (1) penelusuran masalah, yaitu mengenai pemanfaatan intelegensi ganda pada siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan. (2) mencari literatur yang relevan (3) kategorisasi data atau tepatnya mengumpulkan data dan menyeleksi teori yang relevan dengan bahasan ini, hasil dari seleksi terdapat dalam bab II tentang landasan teori, (4) analisi data atau teori dengan serangkaian konsep yang ditentukan, hasilnya dipaparkan dalam bab IV, (5) membuat simpulan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Ganda bagi seorang Guru
Berbekal dari teori multiple intelegansi seorang guru bahasa Indonesia yang profesional secara tidak langsung dapt menguasai dan belajar berbagai metode pembelajaran yang beragam. Penguasaan berbagai metode pembelajaran dapat menempatkan guru bahasa Indonesia berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, pemindah kemah, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator sehingga anak didik dapat berhasil secara optimal (Mulyasa, 2005). Guru bahasa Indonesia yang ideal itulah, yang dapat menjalankan tugasnya membawa pandangan dan pikiran baru yang lebih komprehensif, akomodatif dan humanistis serta menyegarkan sekaligus menantang dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan demikian guru bahasa Indonesia, setidak-tidaknya memiliki profil sebagai berikut.
1) Guru bahasa Indonesia yang profesional harus dapat dipercaya dan ditiru (pandangan- nya didengarkan dan dipercaya, perilakunya dijadikan teladan)
2) Menguasai materi pelajaran, mampu memilih dan menyajikan bahan ajar sesuai dengan perkembangan siswa, memahami tingkat kesulitan bahan ajar, memahami keterkaitan bahan ajar dengan mata pelajaran lain berdasarkan kecerdasan ganda.
3) Menguasai metodologi pembelajaran. Guru harus mampu memahami tujuan dan pembelajaran bahasa Indonesia, mampu merencanakan dan mengelola pembelajaran bahasa Indonesia, serta menerapkan berbagai metodologi pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif berdasarkan kecerdasan ganda.
4) Berperan sebagai fasilitator, motifator, dan inspirator. Guru harus mampu membangun perilaku siswa yang mampu menggali dan mengaji ilmu dan pengetahuan. Perilaku siswa akan tumbuh dan berkembang manakala guru bahasa Indonesia mampu memfasilitasi belajar siswa, mendorong kemampuan siswa, mendorong belajar siswa, dan mampu memberi teladan dalam pembelajaran.
5) Guru bahasa Indonesia adalah figur guru yang menyenangkan dan penyayang. Guru bahasa Indonesia tidak boleh menunjukkan perilaku dan sikap angker dan menakutkan karena membangun kecintaan dan pemahaman anak terhadap bahasa Indonesia tidak dapat diciptakan dalam kondisi pembelajaran yang menakutkan.
6) Guru bahasa Indonesia adalah seorang pemimpin, artinya guru bahasa Indonesia harus mampu memainkan peran sebagai pemimpin dalam membimbing siwa dalam pembelajaran.
7) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah memahami dan dapat menerjemahkan kehidupan masyarakat dalam pembelajaran bahasa di sekolah. sehingga siswa dapat merasakan manfaat dan makna belajar.
8) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah seorang jurnalis. Guru harus mampu membuat catatan-catatan perkembangan siswa dalam belajar bahasa.
9) Guru bahasa Indonesia yang profesional harus memiliki wawasan IPTEK yang luas. Guru bahasa Indonesia minimal memahami berbagai perkembangan dunia informasi yang memiliki dampak luas dalam dunia pendidikan khususnya kebahasaan di Indonesia.
10) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah sebagai pembelajar (learner) . Guru bahasa Indonesia yang profesional harus senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan pendidikan kebahasaan dan kesastraan agar tetap menjadi teladan bagi siswanya.

B. Dampak Multiple Intelegensi
Teori inteligensi ganda ternyata membantu banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak sekolah di Amerika Serikat. Sekarang ini banyak sekolah menyesuaikan kurikulum, pembelajaran, pengaturan kelasnya dengan teori inteligensi ganda. Di banyak tempat muncul beberapa pusat pembelajaran yang mengikuti model inteligensi ganda. Di internet kita dapat menjumpai beberapa website yang khusus mengembangkan dan mempromosikan teori ini terlebih dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikan di dalam maupun di luar sekolah. Pertanyaan bagi kita, apakah kita juga dapat mengambil manfaat teori inteligensi ini bagi pengembangan pembelajaran dan pendidikan di Indonesia, dan bagi profesi kita sebagai pendidik?
1. Dampak terhadap kurikulum
Dalam pengertian modern kurikulum lebih dimengerti sebagai semua pengalaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam proses pendidikan sejak awal. Maka, bentuknya dapat berupa: pengalaman dalam kelas, di luar kelas, atau bahkan di luar sekolah. Dalam pengertian ini, kurikulum dapat berisi antara lain materi atau topik pelajaran yang mau dipelajari siswa, metode pembelajaran yang mau dialami siswa dan dibantu oleh guru, peralatan dan buku yang digunakan, pengaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya.
Teori inteligensi ganda banyak mempengaruhi penyusunan kurikulum, terutama di Amerika Serikat. Pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik. Banyak sekolah mulai pada awal pelajaran menentukan topik-topik yang mau dipelajari siswa. Topik biasanya gabungan dari yang ditentukan pemerintah lokal dan pilihan siswa. Ini untuk menjembatani ketentuan pemerintah lokal dan minat serta kesenangan siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa dalam satu semester sungguh senang belajar karena ikut andil dalam penentuan topik pelajaran. Model topik ini juga memungkinkan pendekatan secara interdisipliner dilihat dari berbagai sudut. Misalnya, topik energi: dapat didekati lewat pendekatan fisis, kimis, biologis, ekonomis, matematis, lingkungan. Dengan pendekatan itu, jelas inteligensi ganda diperlukan dalam pendekatannya, bukan hanya dengan pendekatan matematis dan linguistik.
Multiple intelegensi juga mempengaruhi bagaimana materi itu sendiri disajikan dan dipelajari. Pembelajaran berbeda dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan, tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Pendekatan ini juga menekankan pendekatan yang lebih personal dalam pendidikan karena situasi dan kekhasan siswa diperhatikan. Karena proses pembelajaran bervariasi, maka evaluasinya pun berubah. Pengaturan waktu, pengaturan kelas, bahkan pengaturan sekolah banyak pula yang mengalami perubahan. Penyusunan buku teks pun bervariasi dengan memasukan gambar, hitungan, musik, skema, tugas kerja sama, refleksi pribadi. Dan yang tidak kalah penting adalah penggunaan CD-ROM dan peralatan elektronik untuk membantu proses pembelajaran yang menggunakan inteligensi ganda.
Beberapa sekolah memang tetap menggunakan susunan kurikulum klasik, tetapi dilengkapi dengan program dan kegiatan tambahan yang mengembangkan multiple intelegensi. Ini agar tidak terlalu mengubah kurikulum yang ada secara drastic, yang sudah berjalan lama, tetapi tetap ada pembaruan dan dilengkapi dengan unsur inteligensi ganda. Contoh penyesuaiannya adalah seperti Tabel 2.

2. Dampak Terhadap Pembelajaran
Teori multiple intelegensi mempunyai pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Di Amerika Serikat, banyak sekolah seperti Proyek Zero dari Harvard University yang dipimpin Gardner mulai mengembangkan pembelajaran yang menggunakan prinsip teori multiple intelegensi ini. Dan hasil yang dicapai adalah bahwa banyak siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat berhasil dalam study mereka ternyata dapat dibantu, dan berhasil dengan baik berkat pengajaran dengan multiple intelegensi. Demikian juga banyak guru yang tadinya merasa tidak dapat membantu anak didik karena mengajar dengan model yang sama terus-menerus ternyata dapat membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat mengembangkan pengajaran yang bervariasi.
Apa yang diubah dalam proses mengajar guru serta anggapan mereka dalam relasi guru-siswa akan menjelaskan dalam bahasa berikut:
Table 2. Inteligensi ganda dalam sekolah klasik (SLTP)
Inteligensi Mata Pelajaran Program Tambahan Kegiatan Ekstrakurikuler
Linguistik Bahasa, IPS, sejarah, agama, budipekerti, pancasila Ketrampilan bicara, menulis, komunikasi, drama Majalah dinding, majalah sekolah, kelompok bahasa, regu debat, kelompok drama, kelompok pidato
Amtematis-logis Matematika, IPA, ekonomi Ketrampilan berfikir, logika, computer Sains klub, lomba sains
Ruang-visual Menggambar Ketrampilan melukis, menggambara, memahat, membaca peta Klub melukis, klub bangunan, klub catur, klub pencari jejak
Kinestik-badani Olahraga Latihan tari, latihan maam-macam olahraga Tim olahraga, grup drama, grup tari
Musikal Musik Latihan alat musik, sejarah musik Grup band, musik, koor, karawitan, kolintang
Interpersonal Program kepekaan masyarakat, studi grup, proyek bersama, memahami orang lain Dewan siswa, kegiatan siswa bersama, klup rumah sakit
Intrapersonal Repfeksi, retret, kesadaran diri Tugas renungan di rumah
Lingkungan Biologi Lingkungan, berkebun, berternak di sekolah Kamping, pecinta alam, cinta lingkungan, gerakan penghijauan
Eksistensial Dibiasakan bertanya apa tujuan hidupku; latihan kritis Penelitian: tujuan hisup orang

3. Bagi Guru Yang Mengajar
Seorang siswa dengan kecewa mengungkapkan bahwa dia tidak pernah diajar oleh guru matematikanya. Waktu ditanya, apakah guru itu sering bolos, jawabnya “Guru itu selalu masuk.” Lalu, mengapa ia mengatakan tidak pernah diajar gurunya? Ternyata, setiap kali menjelaskan materi guru matematikannya selalu dengan cara yang sama: menuliskan rumus di papan, lalu memberi contoh, dan menyuruh siswa untuk mengerjakan soal. Bagi siswa, ternyata model mengajar seperti itu sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya dan selama satu semester dia merasa tidak dibantu untuk mendalami matematika. Setelah diteliti, ternyata anak ini memang mempunyai inteligensi musikal dan kinestik badaniyang menonjol, sedangkan inteligensi matematis-logisnya kurang. Karena guru selalu menggunakan model mengajar matematis-logis, siswa tersebut sama sekali tidak dapat menangkap materi, bahkan merasa tidak diperhatikan. Siswa ini kecewa karena sudah membayar uang sekolah mahal, tetapi tidak mengalami pembelajaran yang tepat. Sayang siswa ini tidak berani bicara dengan guru tersebut.
Dalam penelitiannya, Gardner menemukan banyak guru seperti itu, guru yang mengajar hanya dengan satu model, yaitu yang sesuai dengan inteligensinya sendiri yang menonjol. Banyak guru mengajar selalu dengan cara yang sama. Padahal cara itu tidak sesuai dengan beberapa siswa yang berbeda inteligensinya. Maka, banyak siswa yang meskipun masuk sekolah, tetapi merasa tidak pernah dibantu belajar. Melihat hal itu, Gardner mencoba membantu guru-guru tersebut untuk mengubah cara mengajar mereka, yaitu menggunakan multiple intelegensi yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan inteligensi siswa.
Dalam penelitian dan percobaannya, Gardner menemukan setelah banyak guru mengubah model mengajar mereka, banyak siswa merasa dibantu dalam menekuni pelajaran. Dalam banyak pengalaman, guru sendiri merasa dikembangkan karena ternyata mereka dapat berubah dan menggunakan banyak model pengajaran.
Secara umum dampak multiple intelegensi bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka.
2. Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi yang menonjol pada dirinya.
3. Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan inteligensi dirinyasendiri yang tidak cocok dengan inteligensi siswa.
4. Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan multiple intelegensi.

4. Bagi Siswa yang Belajar
Menurut teori multiple intelegensi, siswa dapat belajar dengan baik, memahami suatu materi bila disajikan sesuai dengan inteligensi mereka yang dominan. Ini berarti, bila siswa mempunyai inteligensi matematis-logis tinggi, ia akan mudah mempelajari ilmu sosial itu disajikan atau diterangkan dengan model inteligensi matematis-logis, yaitu secara skematis, dengan bagan ataupun logika yang jelas. Seorang siswa yang berinteligensi musikal baik akan dengan mudah mendalami fisika, bila bahannya disajikan dalam model musik atau lagu. Siswa yang dominant dengan inteligensi interpersonal akan mudah mempelajari materi IPA bila dilakukan kelompok, dan sebagainya. Maka, untuk dapat membantu siswa belajar, pertama-tama siswa perlu dibantu untuk mengerti inteligensi mereka masing-masing. Selanjutnya, mereka dibantu untuk belajar dengan inteligensi yang kuat pada mereka. Dengan demikian, mereka dapat melihat kekuatan dan cara belajar mana yang cocok dan mana yang kurang itulah nanti yang perlu dibantu oleh guru.
Ada baiknya sejak awal siswa dianjurkan untuk mencoba bermacam-macam cara belajar, sehingga dapat menemukan cara-cara yang bagi mereka cocok dan memajukan beklajar. Sebaiknya siswa tidak merasa puas dengan menemukan satu cara saja, tetapi mau mencoba dengan banyak cara. Ini juga penting bagi guru untuk melihat mana cara yang cocok bagi siswa.
Dalam penelitian Gardner, kadang ada siswa yang merasa sudah puas bila belajar dengan membaca buku lalu mengerjakan soal yang tersedia. Bertahun-tahun dia hanya belajar dengan cara seperti itu. Memang siswa itu sudah mendapatkan sesuatu. Namun, sewaktu dikenalkan dengan berbagai cara belajar berdasarkan multiple intelegensi, siswa itu sendiri kaget karena ternyata ada beberapa cara belajar yang jauh lebih membantunya untuk berkembang. Di sinilah pentingnya guru memperkenalkan berbagai model pembelajaran dan digunakan.
Untuk membantu siswa belajar lebih baik, perlu juga bila materi pelajaran atau dalam penyusunan buku pelajaran memperhatikan berbagai model dan penyelasan multiple intelegensi. Sebagai contoh, buku sejarah disajikan dengan berbagai cara dan pendekatan, misalnya dengan gambar berwarna, tabel atau lagu yang sesuai, sejauh memungkinkan. Buku matematika juga disajikan dengan beberapa bentuk cerita, musik, visual, dan sebagainya. Tentu semua ini bila mungkin, karena buku setiap studi sering mempunyai kekhasan sendiri berdasarkan keilmuan.

5. Pendekatan dan Peralatan Kelas
Proses pembelajaran harus bervariasi sehingga setiap siswa dapat menemukan bahwa mereka diperhatikan dan dibantu untuk belajar. Tidak ada model pembelajaran yang satu-satunya untuk segala pelajaran dan semua siswa. Karena pendekatan bisa bervariasi, jelas bahwa peralatan pembelajaran pun perlu bervariasi, bukan hanya dengan paapn tulis dan kapur. Maka, sekolah perlu mempersiapkan dan menyediakan peralatan yang juga bermacam-macam, seperti musik, video, alat tulis, ruang, studi kelompok dan sebagainya. Tanpa peralatang yang sesuai, pembelajaran model multiple intelegensi tidak akan berjalan dan guru cenderung akan kembali kepada pelajaran klasik, yaitu ceramah.

6. Dampak Terhadap Pengaturan Kelas
Pendekatan pembelajaran yang berbeda, yang bervariasi karena inteligensi siswa dan guru yang berbeda, juga mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya diatur dalam satu kedudukan yang tetapi berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas harus diatur dengan kursi melingkar, atau harus dikosongkan untuk menari, atau berkelompok kecil untuk diskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas pun harus lebih fleksibel, bervariasi sesuai dengan model multiple intelegensi yang mau ditekankan.
Misalnya untuk lebih mengembangkan inteligensi lingkungan, siswa diajak untuk membuat klasifikasi macam-macam benda atau keluar ssekolah melihat hutan, taman, atau alam sekitar. Inteligensi kinestik-badani jelas membutuhkan ruang kelas yang lain dengan kelas ceramah atau penjelasan linguistik.
Perlu dicatat bahwa belajar tidak boleh dibatasi di dalam gedunng kelas atau sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah, belajar harus dilakukan di luar sekolah, bahkan di tempat yang sungguh jauh. Maka, model studi banding, model pengamatan di candi dan pegunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah. Pembelajaran model multiple intelegensi memerlukan model-model tersebut.

7. Dampak Terhadap Evaluasi
Karena sistem pembelajaran dan juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa system evaluasi pun harus berbeda. Sistem evaluasi yang hanya dengan tes tertulis tidaklah cukup karena tidak mengungkapkan inteligensi yang bermacam-macam.
Dalam penelitiannya, Gardner menemukan ada seorang siswa yang sangat cerdas dalam menganalisis flora dan fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada siswa lain. Namun, siswa itu tidak berhasil, karena setiap kali ujian dengan cara menulis esai, dia selalu gagal. Gurunya tidak mengertol mengapa hal itu terjadi, maka siswa itu terpaksa tidak naik kelas. Ternyata siswa ini memang mempunyai intelegensi interpersonal dan juga inteligensi lingkungan tinggi, tetapi kurang menonjol dalam inteligensi linguistik. Jelas siswa seperti itu membutuhkan evaluasi yang lain, barang kali dengan lisan, atau diminta mengekspresikan dengan cara lain.
Menurut Gardner, evaluasi yang tepat haruslah juga menggunakan macam-macam inteligensi yang dipakai dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model yang memuat kemampuan inteligensi matematis-logis, linguistik, kinestik-badani, musik, ruang-visual, interpersonal dan sebagainya; sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya. Bila mengajarkan dengan cara musikal, perlu ada evaluasi yang bernada musikal; bila ada yang mengajarkanya dengan kinestik-badani, perlu evaluasi dengan cara itu pula. Maka, evaluasi bukan hanya dalam bentuk tertulis.
Evaluasi yang dipandang cocok untuk model pembelajaran multiple intelegensi adalah lewat performa siswa dalam situasi yang real, seperti pentas musik, melakukan kerja nyata, menyelesaikan proyek bersama, lewat praktikum, dan sebagainya. Lewat performa itu siswa dapat menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan ketahui dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, evauasinya sungguh autentik. Agar evaluasi kita itu sungguh autentik dan menyeluruh, beberapa hal dapat dilakukan seperti berikut ini:
1. Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan setiap inteligensi yang digunakan.
2. Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, tulisan, foto, pekerjaan, video yang dibuat, jurnal yang ditulis, hasil pekerjaan rumah, piagam, hasil interviu, pengamatan selama pembelajaran, keaktifan di kelas dan sebagainya.
3. Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman.
4. Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan multiple intelegensi.

8. Dampak Terhadap Pendidikan
Multiple intelegensi merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang sehingga dapat berfungsi secara lebih penuh. Inteligensi ini jelas mempengaruhi pula bila kita mau menenamkan naik pada anak. Karena siswa lebih dapat menangkap makna atau pun isi nilai dengan inteligensinya, maka penyampaian pendidikan nilai pun perlu memperhatikan multiple intelegensi tersebut. Misalnya, pendidik mau menyampaikan nilai kejujuran, tidak harus selalu dengan bercerita tentang kejujuran, tetapi bisa melalui kerja kelompok, permainan, pembahasan persoalan, musik, olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan demikian, penyajian akan lebih bervariasi dan menarik bagi siswa.
Yang kiranya sangat penting dengan penemuan multiple intelegensi adalah bahwa setiap orang mempunyai inteligensi bermacam-macam. Setiap orang berbeda inteligensinya dan perlu diperlakukan berbeda pula. Dengan lain kata, manusia lebih dihargai sebagai pribadi dengan kekhasan masing-masing.
9. Sekolah Individual
Ide yang muncul dari teori multiple intelegensi, bahwa setiap anak dapat lebih dibantu belajar bila diajar sesuai dengan inteligensinya mereka yang menonjol, dengan cepat menjadi pendorong bagi mereka yang mau membuat sekolah individual. Kursus privat yang membantu siswa berdasarkan kekuatan dan kelemahan pribadi, yang berbeda dengan teman lain, sangat didukung oleh teori ini. Dengan model pendekatan pribadi ini, jelas seorang siswa akan lebih cepat maju dan guru lebih mudah menyesuaikan cara mengajarnya sesuai dengan inteligensi siswa.
Memang yang ideal di kelas besar pun, pendekatannya lebih pribadi dengan memperhatikan kekhasan, kekuatan dan kelemahan pribadi. Namun, karena siswanya terlalu banyak, tampaknya tidak mungkin seorang guru selalu memperhatikan setiap siswa dan mengajar dengan cara yang berbeda.itulah sebabnya ada pengkritik yang mengungkapkan teori Gardner ini terlalu idealistic, terlalu utopi, karena dalam praktek sekolah biasa sulit dilaksanakan. Menurut mereka, teori ini hanya dapat dipraktekkan dalam sekolah individual.

C. Mengembangkan Intelegensi Ganda
Secara umum inteligensi ganda yang belum berkembang dapat dibantu menjadi lebih baik lewat pendidikan. Siswa yang tadinya memiliki inteligensi musikal rendah dapat dibantu lewat banyak latihan sehingga inteligensinya berkembang dan cukup untuk hidupnya. Persoalannya, bagaimana kita dapat membantu siswa? Haggerty (dalam Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah) mengungkapkan beberapa prinsip umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa.
Pertama, pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual, maka, mengajar tidak boleh hanya berfokus pada kemampuan dan inteligensi yang lain. Kemampuan yang hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab persoalan manusia secara menyeluruh. perlu diperkenalkan pula inteligensi lain.
Kedua, pendidikan harusnya individual. Pendidikan harusnya lebih personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa. Mengajar semua siswa dengan materi, cara dan waktu yang sama, jelas tidak menguntungkan bagi siswa yang berbeda inteligensinya dan tidak memperhatikan perbedaan yang ada. Guru perlu menggunakan banyak cara untuk membantu siswa.
Ketiga, pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menggunakan cara belajar dan cara kerja berdasarkan minat mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menentukan tujuan belajar dan cara mengevaluasinya. Siswa perlu dibantu untuk mengerti potensi intelektual mereka dan bagaimana mengembangkannya.
Keempat, sekolah sendiri harus menyediakan fasilitas dan sarana yang dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan intelektualnya mereka berdasarkan multiple intelegensi. Misalnya, bila siswa membutuhkan bola, alat tari, atau musik untuk mengembangkan inteligensinya, maka peralatan itu harus ada. Bila tidak, siswa nantinya tidak dapat melatih diri.
Kelima, evaluasi belajar harus lebih kontektual dan bukan tes tertulis. Evaluasi lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana performa siswa, apakah sungguh maju atau tidak.
Keenam, pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah. Multiple intelegensi memungkinkan agar pendidikan juga dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat, kegiatan ekstra, serta kontak dengan orang luar dan para ahli.
Dalam prinsip umum itu cukup jelas bahwa Haggerty memberikan arah umum bila guru mau membantu siswa berkembang dalam multiple intelegensi mereka. Memang Haggerty tidak menunjukkan bagaimana sikap inteligensi dapat dibantu secara khusus.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Secara umum kualitas guru di Indonesia seperti guru bahasa Indonsia masih rendah. Hal itu, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor personal, ekonomi, budaya, sosial dan struktural. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah dengan mengembangkan multiple intelegensi yang dicetuskan Howard Gardner dalam dunia pendidikan di sekolah. Teori ini sangat relevan untuk menunjang profesi guru dalam menjalankan tugasnya karena membawa pandangan dan pikiran baru yang lebih komprehensif, akomodatif dan humanistis serta menyegarkan sekaligus menantang dalam pembelajaran di Indonesia.

B. Saran
Saran yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah:
1. Pengelolaan multiple intelegensi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Multiple intelegensi dapat digunakan oleh guru Bahasa Indonesia dalam pemahaman materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA


Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Usman, Uzer M. 2006. Menjadi Guru Profsional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moedjiono dan Dimyati, Moh. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sukmadinata, Nana syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Read More......