KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN Angakatan 2005 | Kurtekdik '05 Community : Ulul Fadly | Dwi Puspitasari | Devi Anjar | Wahyu Widyaningsih | Resti Dewi | Devi Ari | Satriyo Abdi Yudo| Ery Setyo | Dwi Pramono | Siti Astuti | Desi Widi | Miftahul ulum | Sigit Prasetyo | Suci Rokhani | Bentar Saputro | Ratih Anggita | Siti Nurwachidah | Bedzy Riasari | M.Sidiq | Khusnul Khoifah | Wahyu Budi L. | Dewi Indah Puspo | Okta Permata | Bambang Dwi | M.Q Zaman | Hermawan | AH. Tasmuri | Cahyo Adi | Aris Munandar | Akaat Hasjiandito | Joko Susanto | Titin Ernawati | Lilis Andriani | Wiji Suryani | Budiono | Eka Fitriana | Eka Fitriani | Yanuar Eska | Sri Susilowati | Anna Meriana | Ade Yusupa | Anindita Widya W| Miftachul Fauzy | Ari Suprihatin | M.Nur Huda | Adi Supriyadi | Nur Aeni W. | Didik Hartawan | M.Nur Saean | Herman Malinton | Nicky Secioria |

25 April 2008

Komentar Hasil Perkuliahan Seminar Teknologi Pendidikan

Komentar Hasil Perkuliahan Seminar Teknologi Pendidikan
Oleh : Cahyo Adi N 1102405049

Kelompok 9
anggota : Akaat, Bentar, Fibry
Judul : Aplikasi Macromedia Dreamweaver Untuk Pembelajaran Berbasis Web
Komentar : Penyajian Presentasi dalam powerpoint bagus, pelaksanaan tanya jawab juga baik dan lancar

Kelompok 10
anggota : Budiono, Yanuar, Tata
Judul : Pemanfaatan Media Gambar Pada Pembelajaran Bahasa Inggris
Komentar : Presentasi dengan powerpoint cukup bagus tapi kurang kompak karena salah satu anggota sangat pasif atau hanya diam saja

Kelompok 11
anggota : Dwi Pramono, Tasmuri, Herman Malinton
Judul : Evaluasi Penyelenggaraan TIK Dalam Pendidikan di Indonesia
Komentar : Penyajian presentasi dalam powerpoint cukup menarik, tanya jawab cukup bagus, tapi salah satu anggota sempat datang terlambat dalam presentasi

Kelompok 12
anggota : Eki, Wahyu, Hermawan
Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash Sebagai Media Interaktif Untuk Mengoptimalkan Penyampaian Materi Pelajaran Bergambar
Komentar : Presentasi sangat menarik karena tersaji dalam bentuk flash, tanya jawab berjalan baik tapi salah satu anggota terlalu pasif

Kelompok 15
anggota : M Nur Saean, Miftahul Ulum, Cahyo Adi N
Judul : Konsep Pembelajaran Orang Dewasa Dengan Metode Andragogi
Komentar : Kurang persiapan karena pembagian tugas sudah ditetapkan tapi diulur dan mendadak mengerjakannya dan pengubahan konsep materi yang ada. Presentasi tidak ada powerpoint karena laptop mati.

Kelompok 16
anggota : fauzi, Kiki, Devi anjar
Judul : Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Belajar Anak
Komentar : Presentasi hanya dilakukan satu orang saja karena anggota yang lain tidak hadir karena berhalangan, presentasi bagus dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan. salut buat fauzi.

Kelompok 17
anggota : Lilis andriyani, Eri
Komentar : Presentasi yang disajikan bagus dan lancar, tapi kondisi kurang kondusif karena ramai.

Read More......

komentar untuk kelompok 11

oleh:
SATRIYO ABDI YUDO
1102405012

Komentar untuk kelompok 11(Tasmuri, dkk)
1. Pembahasan terlalu luas dan masih bersifat umum.
2. Dalam latar belakang hanya menguraikan harapan yang akan dicapai saja dan tidak menggambarkan kondisi nyata di lapangan.
3. Penyampaian makalah terlalu cepat, sehingga audiens kurang mengerti maksud dari isi makalah.
4. Tulisan dalam slide terlalu banyak dan kurang animasi-animasi, sehingga kurang menarik.

Read More......

analisis lomba karya tulis ilmiah

Nama : Eka fitriana
Nim : 1102405064


1. Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash sebagai Media Interaktif untuk

Mengoptimalkan Penyampaian MAPEL Bergambar.
Penyaji : - Eka fitriani
- Wahyu Budi L.
- Hermawan A.
Komentar Makalah: Kenapa dalam analisis gambar harus menggunakan flash?
Kenapa tidak memakai yang lain.
Komentar Media : -


2. Judul : Sistem Pembelajaran On-Line Berbasis Blog
Penyaji : - Nur Aeni W.
- Adi Supriyadi
- Eri Setyo P.
Komentar Makalah: - Kenapa harus menggunakan blog?
- Dalam perkuliahan sistem pembelajaran ini dalam hal psikologi kurang tepat.
- Jika blog itu dikenakan biaya akan sangat merugikan.
Komentar Media : - Untuk font yang digunakan terlalu kecil dan banyak sehingga tidak menjangkau semua peserta di dalam ruangan yang luas dan panjang.
- Pembukaan terlalu banyak sehingga waktu yang disediakan untuk presentasi menjadi tidak cukup.





3. Judul : Inisiasi dini care sebagai upaya pemberdayaan Posyandu menjadi
menjadi media sosialisasi dini masyarakat.
Penyaji : - Diah Resti
- Nur Rohmah
- Aritha Rahmadani
Komentar Makalah: Dalam pembahasan tidak perlu dicantumkan tentang pasal-pasal
dan ayat, fokus saja kepada judulnya.
Komentar Media : Bahwa di Indonesia Posyandu kurang dalam mensosialisasikan
Sistem inisiasi dini kepada masyarakat bukan hanya program
Ini tetapi juga program lainnya dan juga terbatasnya Posyandu.

4. Judul : Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi
( TIK) dalam Pendidikan Di Indonesia.
Penyaji : - Ah. Tasmuri
- Dwi Pramono
- Herman malinton
Komentar Makalah: - Judul harus diperbaharui
- Penulisan salah dalam kata penulisan
- Judulnya kurang tepat dalam LKTM
Komentar Media : -

5. Judul : Konsep Smart Card Baru
Penyaji : - Hidayat dkk.
Komentar Makalah; Konsep keberhasilan metode ini semakin sering digunakan semakin baik proses pembelajaran dengan sistem menyenangkan.
Komentar Media : Media yang dipakai terlalu sederhana



6. Judul : Cooperatif Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika.
Penyaji : - Desi Widi H.
- Wahyu widyaningsih
- Ari Suprihatin

Komentar Makalah: - Sangat baik sekali
- Program harus dalam BAB pembahasan bukan pada latar belakang
- Hanya mengangkat permasalahan cooperative learning dalam mata pelajaran matematika. Faktor hanya dari model cooperative learning dalam pembelajaran itu sendiri tidak ada.
Komentar Media : Penulisannnya sangat bagus dan berurutan.

7. Judul : Bernyanyi untuk alam sebagai upaya meningkatkan kesadaran,
menjaga lingkungan pada anak-anak.
Penyaji ; Hendrasyah dkk.
Komentar Makalah: Latar belakangnya terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaran karena disini dibahas tentang kebakaran-pencurian
Komentar Media : Terlalu rame dan warna contras

8. Judul : Compact Disk Of Autism Children Theraphy (CDAT).
Penyaji : Dian Bayu P. dkk
Komentar Makalah; Tingkat keefektifannya kurang
Komentar Media : Medianya kurang memberi penjelasan dalam bentuk compact disk sehingga kurang dimengerti.

9. Judul : Penanaman Nilai Modal Melalui PGTK
Penyaji : Sri Lestari Ningsih dkk.
Komentar Makalah: - Dalam hal ini anak didik tertarik pada pembawannya bukan pada tokohnya.
- Pada kata pengantar atau latar belakangnya dalam imajinasi anak belum mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan proses pembelajarannya.
Komentar Media ; -

10. Judul : Laerning Styles Apporropriate (LSA) sebagai metode
pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak usia 8-10 tahun.
Penyaji : - Gladis
- Nuqsan
Komentar Makalah: -
Komentar Media : tulisan dan fontnya terlalu style dan kecil untuk taraf presentasi.

11. Judul : Televisi sebagai media pembelajaran untuk membentuk karakter
Perilaku positif dan meningkatkan hasil belajar.
Penyaji : - Aris Munandar
- Miftahul Fauzi
- Devi Anjar
Komentar Makalah : Tidak menjelaskan bagaimana memanfaatkan televisi yang benar untuk membentuk perilaku yang positif dan meningkatkan hasil belajar para pengguna televisi
Komentar Media : Tanda baca dalam penulisan kurang jelas dan terlalu sederhana.


12. Judul : Meningkatkan harmonisasi hubungan orang tua-anak bagi
semua kalangan melalui Home Scholing.
Penyaji : - Indah Suci Lestari
- Dzulifah
Komentar Makalah : Secara administrative penulisnya kurang, karena tidak mencantumkan dan menguraikan kesimpulan dalam makalah.
Komentar Media : Terlalu monoton, sehingga kurang menarik. Dan perlu adanya animasi untuk menarik perhatian peserta LKTM.

13. Judul : Coms Program Upaya Untuk Meningkatkan Minat Membaca.
Penyaji : - Ida Royani
- Nur Kholis Majid
Komentar Makalah ; - Referensi penulisan salah
- Rumusan masalah masih bersifat umum
- Program itu saja untuk umum mungkin kurang cocok dan belum tepat.
- Bagian saran untuk membaca kurang sesuai dengan isi makalah.
Komentar Media ; Antara background dan text warnanya terlalu kontras.


14. Judul : Penanaman nilai moral melalui tokoh bima dalam pembelajaran
Penyaji : Sri Lestari Ningsih dkk.
Komentar Makalah ; Dalam pembelajaran lewat wayang Bima sebagai tokoh yang baik ini, apakah anak-anak sudah mampu untuk mengaplikasikan proses pembelajarannya lewat tokoh tersebut? Padahal imajinasi anak belum sampai pada taraf ini, jadi kurang cocok jika diterapkan untuk anak-anak TK
Komentar Media : Media yang digunakan sudah cukup baik, karena selain menggunakan slide power point, kelompok ini menggunakan media wayang dan melakonkannya.


Read More......

23 April 2008

Multiple Inteligen Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran

MULTIPLE INTELEGEN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN


Oleh:

Siti Astuti 1102405016
Ratih Anggita W. 1102405025
Khusnul Khoifah 1102405036
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai dugaan dan fakta menyatakan bahwa mutu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia rendah, bahkan sangat rendah. Data Human Development Indexs (HDI) tahun 1999 s.d. 2001 menempatakan Indonesia pada posisi 105 s.d. 109 diantara 175 negara jauh dibawah tiga negara tetangga Indonesia. Hasil survai Political and Economic Rick Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong menunjukan bahwa

diantara 12 negara yang disurvai, sistem dan mutu pendidikan Indonesia menempati urutan 12 dibawah Vietnam (Tim BBE, 2001).
Salah satu indikasi dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN selama sepuluh tahun terakhir juga menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa Indonesia tergolong rendah. Berbagai sinyalemen dan dugaan banyak kalangan juga relatif senada. Jika semua dugaan dan data tersebut cermat dan benar, hal ini merupakan isyarat keterpurukan mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran Indonesia; isyarat rendahnya mutu dan prestasi pembelajaran di Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan khususnya pembelajaran di Indonesia merupakan cerminan rendahnya atau kurangnya kualitas profesionalnya guru dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pembelajaran, di samping banyak faktor lain. Secara langsung banyak kalangan
Secara langsung banyak kalangan menyatakan bahwa profesionalitas guru-guru Indonesia secara umum termasuk guru bahasa Indonesia masih memprihatinkan dibandingkan dengan profesionalitas guru-guru di negara lain. Kondisi objektif di lapangan memang menunjukkan tanda-tanda masih kurang atau rendahnya profesional, antara lain:
(1) Masih banyak guru bahasa Indonesia yang bertugas di SD/MI maupun di SMP/MTs dan SMA/MA yang tidak berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya. Contoh di sebagian besar Madura masih banyak guru bahasa Indonesia MI yang berlatar belakang lulusan pondok pesantren. Demikian juga, di sebagian besar Jawa Timur juga masih banyak guru MI yang berlatar belakang pondok pesantren di Banjarnegara juga masih bnayak guru yang mngajarkan mata pelajaran tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya salah satu sekolha yang sepeti itu di daerah kecamatan mandiraja desa jalatunda SDN 2 Jalatunda masih banyak guru yang mengajar banyak materi.
(2) Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri dan memuthakirkan pengetahuan mereka secara terus menerus-menerus dan berkelanjutan meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin mengikuti program pendidikan.
(3) Masih banyak guru yang kurang terpacu, terdorong dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru. Para guru umumnya masih kurang mampu menulis karya ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni.
(4) Hanya sedikit guru Indonesia yang secara sungguh-sungguh, penuh kesadaran diri dan kontinu menjalin kesejawatan dan mengikuti pertemuan–pertemuan untuk mengembangkan profesi .
Keempat hal di atas setidak-tidaknya merupakan bukti pendukung bahwa mutu profesionalitas guru di Indonesia masih rendah. Kurang memuaskan, bahkan memprihatinkan meskipun berbagai upaya pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas sudah dilakukan oleh pemerintah. Hal itu terjadi karena terdapat berbagai kendala pengembangan dan peningkatan mutu profesionalitas guru di Indonesia, di antaranya adalah;
(a) Kendala personal berupa rendahnya kesadaran guru untuk mengutamakan mutu dalam pengembangan diri, kurang termotivasinya guru untuk memiliki program terbaik bagi pemberdayaan diri, tertanamnya rasa tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengembangkan profesi.
(b) Kendala ekonomis berupa terbatasnya kemampuan financial guru untuk secara berkelanjutan mengembangkan diri, amat rendahnya penghasilan sebagai guru sehingga memaksa mereka bekerja macam-macam, dan banyaknya pungutan dan pembiayaan kepada mereka sehingga mengurangi kemampuan ekonomis untuk mengembangkan profesi.
(c) Kendala struktural berupa banyaknya pihak yang mengatur dan mengawasi guru sehingga mereka tak bisa bekerja dengan tenang, rumitnya jenjang dan jalur pengembangan profesi dan karier sehingga mereka merasa tidak berdaya dan terlalu ketat dan kakunya berbagai birokrasi yang mengikat para guru sehinngga tidak mampu mengembangkan kreativitas.
(d) Kendala sosial berupa rendahnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru, kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan profesi guru, dan kurangnya fasilitas sosial bagi pengembangan profesi guru.
(e) Kendala budaya berupa rendahnya budaya kerja berorientasi mutu hingga para guru bekerja seadanya.
Berbagai kendala tersebut berkorelasi dengan faktor-faktor lain di luar bidang pendidikan dan pembelajaran sehingga membuat para guru tidak berdaya, tidak otonomi dan berdaulat. Kendala-kendala tersebut selain dapat diatasi dengan strategi personal, ekonomis, struktural, social, dan kultural juga dapat diatasi dengan mengembangkan multiple intelegensi.

B. Rumusan Masalah
Berdarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan dua permasalahan pokok yang akan dijsadikan bahan kajian lebih lanjut.
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar degan multiple intelegensi?
2. Bagaimana dampak multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru?


C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan dua tujuan utama dari karya tulis ini, yaitu:
1. Mendiskripsikan multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru.
2. Mendiskripsikan dampak multiple intelegensi dalam peningkatan kualias guru.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang multiple intelegensi dalam peningkatan kualitas guru.
2. Secara praktis diharapkan prosedur multiple intelegensi dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran bahasa indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Intelegensi Ganda
Gardner mendefinisikan intelgensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993). Dalam pengertian di atas sangat jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang untuk menjawab suatu tes IQ dalam kamar tertutup yang lepas dari lingkungannya. Inteligensi memuat kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi Gardner karena seseorang baru sungguh berinteligensi tinggi bila dia dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin tinggi inteligensinya bila ia dapat memecahkan persoalan dalam hidup nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi hidup yang sungguh kompleks. Maka, untuk mengerti inteligensi seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu menghadapi persoalan nyata dalam hidup, bukan hanya dengan tes di atas meja. Inilah perbedaannya dengan pengukuran IQ seseorang, IQ diukur dengan tes di atas meja.
1. Kriteria Suatu Inteligensi
Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya, dapat juga menciptakan suatu produk baru, dan bahkan dapat menciptakan persoalan berikutnya yang memungkinkan pengembangan kemampuan baru. Jadi, dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan keahlian. Kepampuan itu sungguh mempunyai dampak, yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Namun, tidak berhenti disitu, pengetahuan juga dapat menciptakan persoalan-persoalan lebih lanjut berdasarkan persoalan yang dipecahkan, untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih maju dan canggih. Gardner menambahkan bahwa pemecahan persoalan itu terjadi dalam konteks budaya tertentu. Dengan demikian, dapat terjadi cara pemecahan suatu masalah menjadi berbeda-beda karena perbedaan budaya.
Secara umum Gardner memberikan syarat kemampuan yang dapat dipertimbangkan sebagai inteligensi dalam teori inteligensi gandanya, yaitu bersifat universal. Kemampuan itu harus berlaku bagi banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Maka, kemampuan makan dan minum banyak tidak dianggap sebagai inteligensi.
Kedua, kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis, yaitu karena otak seseorang, bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training. Kemampuan itu sudah ada sejak orang lahir, meski dalam pendidikan dapat dikembanngkan
2. Inteligensi Linguistik.
Gardner menjelaskan inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar dalam berdebat.
Kegiatan atau usaha yang sangat cocok bagi orang yang mempunyai inteligensi linguistik tinggi adalah sebagai penulis puisi, novel, cerita, berita dan sejarah. Pekerjaan sebagai wartawan, jurnalis, editor, kritikus sastra, ahli sastra, cocok juga bagi inteligensi ini.
Orang yang inteligensi linguistiknya tidak tinggi, tetap dapat belajar bahasa dan menggunakan bahasa tersebut. Namun, hasilnya akan kurang lancar.
3. Inteligensi Matematis-logis
Menurut Gardner, inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Mereka suka dengan simbolisasi, termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pemikirannya bernalar dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila mengahadapi persoalan, ia akan lebih dahulu menganalisisinya secara sistematis, baru kemudian mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.
Orang yang kuat dalam inteligensi matematis-logis secara menonjol dapat melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan filsafat. Kebanyakan para filsuf dan ahli matematika memang sangat kuat inteligensi matematis-logisnya. Orang yang berinteligensi matematis-logis mudah belajar berhitung, kalkulus dan bermain dengan angka. Bahkan, ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku matematika daripada kalimat yang panjang-panjang. Pemikiran orang ini adalah ilmiah, berurutan. Silogismenya kuat sehingga mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan analitis.
Mereka juga cocok untuk menjelaskan kenyataan fisis seperti yang terjadi dengan sains. Dengan kekuatan pada pemikiran induktif, mereka dapat dengan mudah melihat dan mengumpulkan gejala-gejala fisis, kemudian merangkumkannya dalam suatu kesimpulan ilmiah. Maka, mereka dapat menemukan suatu hukum ataupun teoridari gejala-gejala fisis yang diteliti. Itulah yang dilakukan oleh para saintis. Mereka juga dapat dengan baik melakukan tugas sehari-hari yang berkaitan dengan negosiasi seperti jual beli, berdagang, membuat strategi memecahkan persoalan, merencanakan suatu proyek, dan sebagainya. Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis-logis misalnya Einsten (ahli fisika), John Dewey (ahli pendidikan), Bertrand Russell (filsuf), Stephen Hawking (ahli fisika), Habibi (mantan presiden Indonesia ahli pesawat terbang).
4. Inteligensi Ruang Visual
Menurut Gardner, inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang disebut inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkap dan data dalam bentuk grafik, juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.
Orang yang berinteligensi ruang baik dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator di tengah lautan yang luas.
Orang yang memiliki inteligensi ruang-visual tinggi punya persepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang di sekitarnya, ia dapat memandang dari segala sudut. Maka, ia dapat menggambarkan kedudukan ruang dengan baik seperti para arsitek.
Orang yang kuat dalam inteligensi ruang-visual dapat dengan baik melakukan pekerjaan seperti manggambar, melukis, memahat, menghargai hasil seni, membuat peta dan membaca peta, menemukan jalan dan lingkungan baru, mengerti dimensi tiga, bermain catur ataupun permainan yang membutuhkan kemampuan mengingat bentuk dan ruang. Beberapa tokoh berikut dapat dimasukan dalam kelompok berinteligensi ruang-visual tinggi, seperti Pablo Picassa (pelukis), Affandi (pelukis di Yogyakarta), Sidharta (pemahat), dan Michaelangelo (pelukis).
5. Inteligensi Kinestik-Badani
Inteligensi kinestik-badani, menurut Gardner, adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuk untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
Orang yang mempunyai inteligensi kinestik-badani dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapat memainkan mimik, drama dan peran. Mereka dengan mudah dan cepat melakukan gerak tubuh dalam olahraga dengan segala macam variasinya. Yang sangat menonjol dalam diri mereka adalah koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang begitu besar.
Orang yang kuat dalam inteligensi kinestik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukan dalam mereka yang berinteligensi kinestik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet), Charlie Chaplin (pemain pantomim yang ulung), Dustin Hoffman (aktor film), Marcel Marceau (pemain pantomim), Kristi Yamaguchi (penari balet di atas salju), Martina Navratilova (pemain tenis).
6. Inteligensi Musikal
Dalam hidup ini memang ada orang-orang tertentu yang sungguh menonjol bakat dan kemampuannya dalam hal musik. Kita banyak mengenal para komponis musik, seperti Bach, Mozart, Beethoven yang memang sungguh jenius dalam hal musik. Di Indonesia kita juga mengenal banyak komponis musik baik klasik, rock ataupun pop. Mereka sangat mudah mengekspresikan diri dan gagasan lewat musik dan lagu. Meurut Gardner mereka memiliki inteligensi musical yang menonjol.
Gardner menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikamati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi dan intonasi: kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian.
Orang yang kuat dalam inteligensi musikal biasanya cocok untuk mengerjakan tugas sebagai komposer musik, menginterpretasikan musik, memainkan, dan memimpin pentas musik. Dan jelas mereka juga akan akan sangat senang menjadi pendengar yang baik untuk berbagai bentuk musik.
7. Intelegensi Interpersonal
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
Siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Siswa ini kadang mudah berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak kerja sama.

8. Intelegensi Inrapersonal
Inteligensi personal adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tingi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang.
Siswa yang menonjol dalam inteligensinya intrapersonal sering kelihatan pendiam, lebih suka bermenung di kelas. Bila ada waktu istirahat, kalau ada teman-teman lain bermain, ia kadang lebih suka sendirian berefleksi atau berfikir. Ia lebih suka bekerja sendiri. Bila guru memberikan tugas bebas, siswa ini kadang diam lama merenungkan tugas itu sebelum mengerjakan sendiri. Ia tidak tertarik bahwa teman-temannya mengerjakan tugas itu berkelompok. Guru yang tidak tahu sering memarahi siswa ini karena sepertinya ia tidak mendengarkan dan hanya melamun. Padahal ia sebenarnya sedang berfikir dalam.
9. Inteligensi Lingkungan
Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensi lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuannya secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Dalam pembicaraan dengan Durie, Gardner menjelaskan bahwa inteligensi lingkungan adalah kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang dan bagian-bagian lain dari lingkungan alam seperti awan atau batu-batuan.
Siswa yang mempunyai inteligensi lingkungan tinggi kiranya dapat dilihat pada kemampuannya mengenal, mengklasifikasikan, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Namun, menurut Gardner, kemampuan itu tetap dapat dikembangkan, yaitu dengan mengembangkan daya kategorisasi anak. Misalnya, dengan diberi macam-macam barang berbagai bentuk dan warna, anak diajak untuk dapat melakukan penggolongan yang sistematis.
Siswa yang berinteligensi lingkungan tinggi akan senang bila bicara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di pegunungan, karena ia dapat menikmati keindahan alam. Siswa ini juga akan mudah mempelajari biologi dan akan semakin lancar bila ia juga punya inteligensi matematis-logis.
10. Inteligensi Eksistensial
Gardner menyatakan, inteligensi eksistensial. Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaanya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Thomas Aquinas, Descrates, Kant, Sastre, Neitzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensi tinggi.
Anak yang menonjol dengan intelegensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya ditengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada disini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada disekolah, ditengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol disini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang termasuk gurunya sendiri. Misalnya tiba-tiba ia bertanya, ”apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?”.
11. Keceredasan Spiritual
Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.

B. Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Tugas dan peran guru tidakalah terbatassi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya guru merupakan komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehudupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk mengadaptasikan diri.
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang pembangunan. dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.

Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
a. Guru Sebagai Demonstrasor
Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya nantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya kerena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
b. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (Learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yan bersifat menantang dan merangsang siswa unuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diarapkan.
c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang beguna serta dapat menujang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.
d. Guru Sebagai Evaluator
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar dikatakan berhasil dan guru mampu mengoreksi selama proses belajar mengajar yang masih perlu untuk diperbaiki atau dipertahankan.

BAB III
METODOLOGI

A. Pendekatan Penulisan
Pendekatan penulisan dalam karya ini adalah kualitatif deskriptif yang berupaya melihat masalah dalam dunia pendidikan kemudian berupaya merumuskan solusi pemecahan masalahnya secara mendasar.

B. Sumber Penulisan
Sumber penulisan dalam karya tulis ini merupakan data sekunder yang diambil dari buku, berita dari internet yang relevan dengan tujuan penulisan karya ini, yaitu mengenai pendidikan, intelegensi ganda, kualitas guru.

C. Sasaran penulisan
Sasaran penilisan dalam karya tulis ini adalah para praktisi dan akademisi pendidikan.

D. Tahapan Penulisan
Tahapan penulisan karya ini dimulai dari: (1) penelusuran masalah, yaitu mengenai pemanfaatan intelegensi ganda pada siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan. (2) mencari literatur yang relevan (3) kategorisasi data atau tepatnya mengumpulkan data dan menyeleksi teori yang relevan dengan bahasan ini, hasil dari seleksi terdapat dalam bab II tentang landasan teori, (4) analisi data atau teori dengan serangkaian konsep yang ditentukan, hasilnya dipaparkan dalam bab IV, (5) membuat simpulan

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Ganda bagi seorang Guru
Berbekal dari teori multiple intelegansi seorang guru bahasa Indonesia yang profesional secara tidak langsung dapt menguasai dan belajar berbagai metode pembelajaran yang beragam. Penguasaan berbagai metode pembelajaran dapat menempatkan guru bahasa Indonesia berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, pemindah kemah, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan kulminator sehingga anak didik dapat berhasil secara optimal (Mulyasa, 2005). Guru bahasa Indonesia yang ideal itulah, yang dapat menjalankan tugasnya membawa pandangan dan pikiran baru yang lebih komprehensif, akomodatif dan humanistis serta menyegarkan sekaligus menantang dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan demikian guru bahasa Indonesia, setidak-tidaknya memiliki profil sebagai berikut.
1) Guru bahasa Indonesia yang profesional harus dapat dipercaya dan ditiru (pandangan- nya didengarkan dan dipercaya, perilakunya dijadikan teladan)
2) Menguasai materi pelajaran, mampu memilih dan menyajikan bahan ajar sesuai dengan perkembangan siswa, memahami tingkat kesulitan bahan ajar, memahami keterkaitan bahan ajar dengan mata pelajaran lain berdasarkan kecerdasan ganda.
3) Menguasai metodologi pembelajaran. Guru harus mampu memahami tujuan dan pembelajaran bahasa Indonesia, mampu merencanakan dan mengelola pembelajaran bahasa Indonesia, serta menerapkan berbagai metodologi pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif berdasarkan kecerdasan ganda.
4) Berperan sebagai fasilitator, motifator, dan inspirator. Guru harus mampu membangun perilaku siswa yang mampu menggali dan mengaji ilmu dan pengetahuan. Perilaku siswa akan tumbuh dan berkembang manakala guru bahasa Indonesia mampu memfasilitasi belajar siswa, mendorong kemampuan siswa, mendorong belajar siswa, dan mampu memberi teladan dalam pembelajaran.
5) Guru bahasa Indonesia adalah figur guru yang menyenangkan dan penyayang. Guru bahasa Indonesia tidak boleh menunjukkan perilaku dan sikap angker dan menakutkan karena membangun kecintaan dan pemahaman anak terhadap bahasa Indonesia tidak dapat diciptakan dalam kondisi pembelajaran yang menakutkan.
6) Guru bahasa Indonesia adalah seorang pemimpin, artinya guru bahasa Indonesia harus mampu memainkan peran sebagai pemimpin dalam membimbing siwa dalam pembelajaran.
7) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah memahami dan dapat menerjemahkan kehidupan masyarakat dalam pembelajaran bahasa di sekolah. sehingga siswa dapat merasakan manfaat dan makna belajar.
8) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah seorang jurnalis. Guru harus mampu membuat catatan-catatan perkembangan siswa dalam belajar bahasa.
9) Guru bahasa Indonesia yang profesional harus memiliki wawasan IPTEK yang luas. Guru bahasa Indonesia minimal memahami berbagai perkembangan dunia informasi yang memiliki dampak luas dalam dunia pendidikan khususnya kebahasaan di Indonesia.
10) Guru bahasa Indonesia yang profesional adalah sebagai pembelajar (learner) . Guru bahasa Indonesia yang profesional harus senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan pendidikan kebahasaan dan kesastraan agar tetap menjadi teladan bagi siswanya.

B. Dampak Multiple Intelegensi
Teori inteligensi ganda ternyata membantu banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak sekolah di Amerika Serikat. Sekarang ini banyak sekolah menyesuaikan kurikulum, pembelajaran, pengaturan kelasnya dengan teori inteligensi ganda. Di banyak tempat muncul beberapa pusat pembelajaran yang mengikuti model inteligensi ganda. Di internet kita dapat menjumpai beberapa website yang khusus mengembangkan dan mempromosikan teori ini terlebih dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikan di dalam maupun di luar sekolah. Pertanyaan bagi kita, apakah kita juga dapat mengambil manfaat teori inteligensi ini bagi pengembangan pembelajaran dan pendidikan di Indonesia, dan bagi profesi kita sebagai pendidik?
1. Dampak terhadap kurikulum
Dalam pengertian modern kurikulum lebih dimengerti sebagai semua pengalaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam proses pendidikan sejak awal. Maka, bentuknya dapat berupa: pengalaman dalam kelas, di luar kelas, atau bahkan di luar sekolah. Dalam pengertian ini, kurikulum dapat berisi antara lain materi atau topik pelajaran yang mau dipelajari siswa, metode pembelajaran yang mau dialami siswa dan dibantu oleh guru, peralatan dan buku yang digunakan, pengaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya.
Teori inteligensi ganda banyak mempengaruhi penyusunan kurikulum, terutama di Amerika Serikat. Pengaruh yang menonjol adalah pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model kurikulum klasik. Banyak sekolah mulai pada awal pelajaran menentukan topik-topik yang mau dipelajari siswa. Topik biasanya gabungan dari yang ditentukan pemerintah lokal dan pilihan siswa. Ini untuk menjembatani ketentuan pemerintah lokal dan minat serta kesenangan siswa. Dengan demikian, diharapkan siswa dalam satu semester sungguh senang belajar karena ikut andil dalam penentuan topik pelajaran. Model topik ini juga memungkinkan pendekatan secara interdisipliner dilihat dari berbagai sudut. Misalnya, topik energi: dapat didekati lewat pendekatan fisis, kimis, biologis, ekonomis, matematis, lingkungan. Dengan pendekatan itu, jelas inteligensi ganda diperlukan dalam pendekatannya, bukan hanya dengan pendekatan matematis dan linguistik.
Multiple intelegensi juga mempengaruhi bagaimana materi itu sendiri disajikan dan dipelajari. Pembelajaran berbeda dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan, tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Pendekatan ini juga menekankan pendekatan yang lebih personal dalam pendidikan karena situasi dan kekhasan siswa diperhatikan. Karena proses pembelajaran bervariasi, maka evaluasinya pun berubah. Pengaturan waktu, pengaturan kelas, bahkan pengaturan sekolah banyak pula yang mengalami perubahan. Penyusunan buku teks pun bervariasi dengan memasukan gambar, hitungan, musik, skema, tugas kerja sama, refleksi pribadi. Dan yang tidak kalah penting adalah penggunaan CD-ROM dan peralatan elektronik untuk membantu proses pembelajaran yang menggunakan inteligensi ganda.
Beberapa sekolah memang tetap menggunakan susunan kurikulum klasik, tetapi dilengkapi dengan program dan kegiatan tambahan yang mengembangkan multiple intelegensi. Ini agar tidak terlalu mengubah kurikulum yang ada secara drastic, yang sudah berjalan lama, tetapi tetap ada pembaruan dan dilengkapi dengan unsur inteligensi ganda. Contoh penyesuaiannya adalah seperti Tabel 2.

2. Dampak Terhadap Pembelajaran
Teori multiple intelegensi mempunyai pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Di Amerika Serikat, banyak sekolah seperti Proyek Zero dari Harvard University yang dipimpin Gardner mulai mengembangkan pembelajaran yang menggunakan prinsip teori multiple intelegensi ini. Dan hasil yang dicapai adalah bahwa banyak siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat berhasil dalam study mereka ternyata dapat dibantu, dan berhasil dengan baik berkat pengajaran dengan multiple intelegensi. Demikian juga banyak guru yang tadinya merasa tidak dapat membantu anak didik karena mengajar dengan model yang sama terus-menerus ternyata dapat membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat mengembangkan pengajaran yang bervariasi.
Apa yang diubah dalam proses mengajar guru serta anggapan mereka dalam relasi guru-siswa akan menjelaskan dalam bahasa berikut:
Table 2. Inteligensi ganda dalam sekolah klasik (SLTP)
Inteligensi Mata Pelajaran Program Tambahan Kegiatan Ekstrakurikuler
Linguistik Bahasa, IPS, sejarah, agama, budipekerti, pancasila Ketrampilan bicara, menulis, komunikasi, drama Majalah dinding, majalah sekolah, kelompok bahasa, regu debat, kelompok drama, kelompok pidato
Amtematis-logis Matematika, IPA, ekonomi Ketrampilan berfikir, logika, computer Sains klub, lomba sains
Ruang-visual Menggambar Ketrampilan melukis, menggambara, memahat, membaca peta Klub melukis, klub bangunan, klub catur, klub pencari jejak
Kinestik-badani Olahraga Latihan tari, latihan maam-macam olahraga Tim olahraga, grup drama, grup tari
Musikal Musik Latihan alat musik, sejarah musik Grup band, musik, koor, karawitan, kolintang
Interpersonal Program kepekaan masyarakat, studi grup, proyek bersama, memahami orang lain Dewan siswa, kegiatan siswa bersama, klup rumah sakit
Intrapersonal Repfeksi, retret, kesadaran diri Tugas renungan di rumah
Lingkungan Biologi Lingkungan, berkebun, berternak di sekolah Kamping, pecinta alam, cinta lingkungan, gerakan penghijauan
Eksistensial Dibiasakan bertanya apa tujuan hidupku; latihan kritis Penelitian: tujuan hisup orang

3. Bagi Guru Yang Mengajar
Seorang siswa dengan kecewa mengungkapkan bahwa dia tidak pernah diajar oleh guru matematikanya. Waktu ditanya, apakah guru itu sering bolos, jawabnya “Guru itu selalu masuk.” Lalu, mengapa ia mengatakan tidak pernah diajar gurunya? Ternyata, setiap kali menjelaskan materi guru matematikannya selalu dengan cara yang sama: menuliskan rumus di papan, lalu memberi contoh, dan menyuruh siswa untuk mengerjakan soal. Bagi siswa, ternyata model mengajar seperti itu sama sekali tidak masuk ke dalam otaknya dan selama satu semester dia merasa tidak dibantu untuk mendalami matematika. Setelah diteliti, ternyata anak ini memang mempunyai inteligensi musikal dan kinestik badaniyang menonjol, sedangkan inteligensi matematis-logisnya kurang. Karena guru selalu menggunakan model mengajar matematis-logis, siswa tersebut sama sekali tidak dapat menangkap materi, bahkan merasa tidak diperhatikan. Siswa ini kecewa karena sudah membayar uang sekolah mahal, tetapi tidak mengalami pembelajaran yang tepat. Sayang siswa ini tidak berani bicara dengan guru tersebut.
Dalam penelitiannya, Gardner menemukan banyak guru seperti itu, guru yang mengajar hanya dengan satu model, yaitu yang sesuai dengan inteligensinya sendiri yang menonjol. Banyak guru mengajar selalu dengan cara yang sama. Padahal cara itu tidak sesuai dengan beberapa siswa yang berbeda inteligensinya. Maka, banyak siswa yang meskipun masuk sekolah, tetapi merasa tidak pernah dibantu belajar. Melihat hal itu, Gardner mencoba membantu guru-guru tersebut untuk mengubah cara mengajar mereka, yaitu menggunakan multiple intelegensi yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan inteligensi siswa.
Dalam penelitian dan percobaannya, Gardner menemukan setelah banyak guru mengubah model mengajar mereka, banyak siswa merasa dibantu dalam menekuni pelajaran. Dalam banyak pengalaman, guru sendiri merasa dikembangkan karena ternyata mereka dapat berubah dan menggunakan banyak model pengajaran.
Secara umum dampak multiple intelegensi bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka.
2. Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi yang menonjol pada dirinya.
3. Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan inteligensi dirinyasendiri yang tidak cocok dengan inteligensi siswa.
4. Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan multiple intelegensi.

4. Bagi Siswa yang Belajar
Menurut teori multiple intelegensi, siswa dapat belajar dengan baik, memahami suatu materi bila disajikan sesuai dengan inteligensi mereka yang dominan. Ini berarti, bila siswa mempunyai inteligensi matematis-logis tinggi, ia akan mudah mempelajari ilmu sosial itu disajikan atau diterangkan dengan model inteligensi matematis-logis, yaitu secara skematis, dengan bagan ataupun logika yang jelas. Seorang siswa yang berinteligensi musikal baik akan dengan mudah mendalami fisika, bila bahannya disajikan dalam model musik atau lagu. Siswa yang dominant dengan inteligensi interpersonal akan mudah mempelajari materi IPA bila dilakukan kelompok, dan sebagainya. Maka, untuk dapat membantu siswa belajar, pertama-tama siswa perlu dibantu untuk mengerti inteligensi mereka masing-masing. Selanjutnya, mereka dibantu untuk belajar dengan inteligensi yang kuat pada mereka. Dengan demikian, mereka dapat melihat kekuatan dan cara belajar mana yang cocok dan mana yang kurang itulah nanti yang perlu dibantu oleh guru.
Ada baiknya sejak awal siswa dianjurkan untuk mencoba bermacam-macam cara belajar, sehingga dapat menemukan cara-cara yang bagi mereka cocok dan memajukan beklajar. Sebaiknya siswa tidak merasa puas dengan menemukan satu cara saja, tetapi mau mencoba dengan banyak cara. Ini juga penting bagi guru untuk melihat mana cara yang cocok bagi siswa.
Dalam penelitian Gardner, kadang ada siswa yang merasa sudah puas bila belajar dengan membaca buku lalu mengerjakan soal yang tersedia. Bertahun-tahun dia hanya belajar dengan cara seperti itu. Memang siswa itu sudah mendapatkan sesuatu. Namun, sewaktu dikenalkan dengan berbagai cara belajar berdasarkan multiple intelegensi, siswa itu sendiri kaget karena ternyata ada beberapa cara belajar yang jauh lebih membantunya untuk berkembang. Di sinilah pentingnya guru memperkenalkan berbagai model pembelajaran dan digunakan.
Untuk membantu siswa belajar lebih baik, perlu juga bila materi pelajaran atau dalam penyusunan buku pelajaran memperhatikan berbagai model dan penyelasan multiple intelegensi. Sebagai contoh, buku sejarah disajikan dengan berbagai cara dan pendekatan, misalnya dengan gambar berwarna, tabel atau lagu yang sesuai, sejauh memungkinkan. Buku matematika juga disajikan dengan beberapa bentuk cerita, musik, visual, dan sebagainya. Tentu semua ini bila mungkin, karena buku setiap studi sering mempunyai kekhasan sendiri berdasarkan keilmuan.

5. Pendekatan dan Peralatan Kelas
Proses pembelajaran harus bervariasi sehingga setiap siswa dapat menemukan bahwa mereka diperhatikan dan dibantu untuk belajar. Tidak ada model pembelajaran yang satu-satunya untuk segala pelajaran dan semua siswa. Karena pendekatan bisa bervariasi, jelas bahwa peralatan pembelajaran pun perlu bervariasi, bukan hanya dengan paapn tulis dan kapur. Maka, sekolah perlu mempersiapkan dan menyediakan peralatan yang juga bermacam-macam, seperti musik, video, alat tulis, ruang, studi kelompok dan sebagainya. Tanpa peralatang yang sesuai, pembelajaran model multiple intelegensi tidak akan berjalan dan guru cenderung akan kembali kepada pelajaran klasik, yaitu ceramah.

6. Dampak Terhadap Pengaturan Kelas
Pendekatan pembelajaran yang berbeda, yang bervariasi karena inteligensi siswa dan guru yang berbeda, juga mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya diatur dalam satu kedudukan yang tetapi berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas harus diatur dengan kursi melingkar, atau harus dikosongkan untuk menari, atau berkelompok kecil untuk diskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas pun harus lebih fleksibel, bervariasi sesuai dengan model multiple intelegensi yang mau ditekankan.
Misalnya untuk lebih mengembangkan inteligensi lingkungan, siswa diajak untuk membuat klasifikasi macam-macam benda atau keluar ssekolah melihat hutan, taman, atau alam sekitar. Inteligensi kinestik-badani jelas membutuhkan ruang kelas yang lain dengan kelas ceramah atau penjelasan linguistik.
Perlu dicatat bahwa belajar tidak boleh dibatasi di dalam gedunng kelas atau sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah, belajar harus dilakukan di luar sekolah, bahkan di tempat yang sungguh jauh. Maka, model studi banding, model pengamatan di candi dan pegunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah. Pembelajaran model multiple intelegensi memerlukan model-model tersebut.

7. Dampak Terhadap Evaluasi
Karena sistem pembelajaran dan juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa system evaluasi pun harus berbeda. Sistem evaluasi yang hanya dengan tes tertulis tidaklah cukup karena tidak mengungkapkan inteligensi yang bermacam-macam.
Dalam penelitiannya, Gardner menemukan ada seorang siswa yang sangat cerdas dalam menganalisis flora dan fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada siswa lain. Namun, siswa itu tidak berhasil, karena setiap kali ujian dengan cara menulis esai, dia selalu gagal. Gurunya tidak mengertol mengapa hal itu terjadi, maka siswa itu terpaksa tidak naik kelas. Ternyata siswa ini memang mempunyai intelegensi interpersonal dan juga inteligensi lingkungan tinggi, tetapi kurang menonjol dalam inteligensi linguistik. Jelas siswa seperti itu membutuhkan evaluasi yang lain, barang kali dengan lisan, atau diminta mengekspresikan dengan cara lain.
Menurut Gardner, evaluasi yang tepat haruslah juga menggunakan macam-macam inteligensi yang dipakai dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model yang memuat kemampuan inteligensi matematis-logis, linguistik, kinestik-badani, musik, ruang-visual, interpersonal dan sebagainya; sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya. Bila mengajarkan dengan cara musikal, perlu ada evaluasi yang bernada musikal; bila ada yang mengajarkanya dengan kinestik-badani, perlu evaluasi dengan cara itu pula. Maka, evaluasi bukan hanya dalam bentuk tertulis.
Evaluasi yang dipandang cocok untuk model pembelajaran multiple intelegensi adalah lewat performa siswa dalam situasi yang real, seperti pentas musik, melakukan kerja nyata, menyelesaikan proyek bersama, lewat praktikum, dan sebagainya. Lewat performa itu siswa dapat menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan ketahui dalam konteks yang sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, evauasinya sungguh autentik. Agar evaluasi kita itu sungguh autentik dan menyeluruh, beberapa hal dapat dilakukan seperti berikut ini:
1. Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan setiap inteligensi yang digunakan.
2. Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, tulisan, foto, pekerjaan, video yang dibuat, jurnal yang ditulis, hasil pekerjaan rumah, piagam, hasil interviu, pengamatan selama pembelajaran, keaktifan di kelas dan sebagainya.
3. Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman.
4. Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan multiple intelegensi.

8. Dampak Terhadap Pendidikan
Multiple intelegensi merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang sehingga dapat berfungsi secara lebih penuh. Inteligensi ini jelas mempengaruhi pula bila kita mau menenamkan naik pada anak. Karena siswa lebih dapat menangkap makna atau pun isi nilai dengan inteligensinya, maka penyampaian pendidikan nilai pun perlu memperhatikan multiple intelegensi tersebut. Misalnya, pendidik mau menyampaikan nilai kejujuran, tidak harus selalu dengan bercerita tentang kejujuran, tetapi bisa melalui kerja kelompok, permainan, pembahasan persoalan, musik, olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan demikian, penyajian akan lebih bervariasi dan menarik bagi siswa.
Yang kiranya sangat penting dengan penemuan multiple intelegensi adalah bahwa setiap orang mempunyai inteligensi bermacam-macam. Setiap orang berbeda inteligensinya dan perlu diperlakukan berbeda pula. Dengan lain kata, manusia lebih dihargai sebagai pribadi dengan kekhasan masing-masing.
9. Sekolah Individual
Ide yang muncul dari teori multiple intelegensi, bahwa setiap anak dapat lebih dibantu belajar bila diajar sesuai dengan inteligensinya mereka yang menonjol, dengan cepat menjadi pendorong bagi mereka yang mau membuat sekolah individual. Kursus privat yang membantu siswa berdasarkan kekuatan dan kelemahan pribadi, yang berbeda dengan teman lain, sangat didukung oleh teori ini. Dengan model pendekatan pribadi ini, jelas seorang siswa akan lebih cepat maju dan guru lebih mudah menyesuaikan cara mengajarnya sesuai dengan inteligensi siswa.
Memang yang ideal di kelas besar pun, pendekatannya lebih pribadi dengan memperhatikan kekhasan, kekuatan dan kelemahan pribadi. Namun, karena siswanya terlalu banyak, tampaknya tidak mungkin seorang guru selalu memperhatikan setiap siswa dan mengajar dengan cara yang berbeda.itulah sebabnya ada pengkritik yang mengungkapkan teori Gardner ini terlalu idealistic, terlalu utopi, karena dalam praktek sekolah biasa sulit dilaksanakan. Menurut mereka, teori ini hanya dapat dipraktekkan dalam sekolah individual.

C. Mengembangkan Intelegensi Ganda
Secara umum inteligensi ganda yang belum berkembang dapat dibantu menjadi lebih baik lewat pendidikan. Siswa yang tadinya memiliki inteligensi musikal rendah dapat dibantu lewat banyak latihan sehingga inteligensinya berkembang dan cukup untuk hidupnya. Persoalannya, bagaimana kita dapat membantu siswa? Haggerty (dalam Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah) mengungkapkan beberapa prinsip umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa.
Pertama, pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual, maka, mengajar tidak boleh hanya berfokus pada kemampuan dan inteligensi yang lain. Kemampuan yang hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab persoalan manusia secara menyeluruh. perlu diperkenalkan pula inteligensi lain.
Kedua, pendidikan harusnya individual. Pendidikan harusnya lebih personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa. Mengajar semua siswa dengan materi, cara dan waktu yang sama, jelas tidak menguntungkan bagi siswa yang berbeda inteligensinya dan tidak memperhatikan perbedaan yang ada. Guru perlu menggunakan banyak cara untuk membantu siswa.
Ketiga, pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menggunakan cara belajar dan cara kerja berdasarkan minat mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menentukan tujuan belajar dan cara mengevaluasinya. Siswa perlu dibantu untuk mengerti potensi intelektual mereka dan bagaimana mengembangkannya.
Keempat, sekolah sendiri harus menyediakan fasilitas dan sarana yang dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan intelektualnya mereka berdasarkan multiple intelegensi. Misalnya, bila siswa membutuhkan bola, alat tari, atau musik untuk mengembangkan inteligensinya, maka peralatan itu harus ada. Bila tidak, siswa nantinya tidak dapat melatih diri.
Kelima, evaluasi belajar harus lebih kontektual dan bukan tes tertulis. Evaluasi lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana performa siswa, apakah sungguh maju atau tidak.
Keenam, pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah. Multiple intelegensi memungkinkan agar pendidikan juga dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat, kegiatan ekstra, serta kontak dengan orang luar dan para ahli.
Dalam prinsip umum itu cukup jelas bahwa Haggerty memberikan arah umum bila guru mau membantu siswa berkembang dalam multiple intelegensi mereka. Memang Haggerty tidak menunjukkan bagaimana sikap inteligensi dapat dibantu secara khusus.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Secara umum kualitas guru di Indonesia seperti guru bahasa Indonsia masih rendah. Hal itu, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor personal, ekonomi, budaya, sosial dan struktural. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah dengan mengembangkan multiple intelegensi yang dicetuskan Howard Gardner dalam dunia pendidikan di sekolah. Teori ini sangat relevan untuk menunjang profesi guru dalam menjalankan tugasnya karena membawa pandangan dan pikiran baru yang lebih komprehensif, akomodatif dan humanistis serta menyegarkan sekaligus menantang dalam pembelajaran di Indonesia.

B. Saran
Saran yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah:
1. Pengelolaan multiple intelegensi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Multiple intelegensi dapat digunakan oleh guru Bahasa Indonesia dalam pemahaman materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA


Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Usman, Uzer M. 2006. Menjadi Guru Profsional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moedjiono dan Dimyati, Moh. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sukmadinata, Nana syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Read More......

Komentar makalah untuk kelompok 10

Nama : Siti Astuti
NIM : 1102405016


Penyusun : Budiyono, Okta Permata, Yanuar Eska P.
 Komentar Media
1. Slide latar belakang barisnya terlalu banyak sehingga tulisan kelihatan kecil serta backgroundnya terlalu ramai.
2. Slide rumusan masalah antara background dan warna tulisan tidak cocok sama sama gelap sehingga tulisan menjadi tidak terlihat.


3. Slide landasan teori antara background dan warna tulisan sama-sama gelap sehingga tulisan tidak terlihat.
4. Slide fungsi mata pelajaran Bahasa Inggris terlalu banyak baris.
5. Background yang digunakan pada media lebih dominan ramai dan tidak disesuaikan dengan warna tulisan.
 Komentar Persentasi
1. Dalam menyampaikan persentasi hanya membaca makalah dan itupun bacanya terlalu cpat.
2. Kurang bisa menguasai materi
3. Sikap di depan pada saat persentasi kurang baik kelihatan main-main.
 Komentar Makalah
1. Di landasan teori ada pengertian pembelajaran akan tetapi hanya menjelaskan pengertian belajar saja.
2. Kata kosakata dalam penulisannya di makalah ada yang disambung ada juga yang dipisah, sebenarnya yang benar yang mana?
3. Tidak terdapat contoh media gambar seperti apa yang digunakan sehingga tidak ada bukti yang kuat untuk makalah anda.

Read More......

22 April 2008

ANALISIS MAKALAH DAN MEDIA KARYA ILMIAH MAHASISWA FIP

ANALISIS MAKALAH DAN MEDIA KARYA ILMIAH MAHASISWA FIP
Mata Kuliah : Seminar Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Haryono
Heri Tri Lukman
Oleh :
Dewi Indah P.W 1102405040



1.Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash Sebagai Media Interaktif Untuk Mengoptimalkan Penyampaian Materi Pelajaran Bergambar
Penyaji :
Wahyu Budi Laksono (Kurtekdik)
Eka Fitriani ( Kurtekdik)
Hermawan ( Kurtekdik)
Komentar makalah :
Dari tujuan yang disampaikan tidak perlu menggunakan nomor karena hanya menjelaskan satu tujuan saja.
Komentar media :
Namun dalam presentasi anda ternyata penjelasan tujuannya yang banyak harusnya dijela Namun dalam presentasi anda ternyata penjelasan tujuannya yang banyak harusnya dijelaskan semuanya tiap point tidak hanya 1 point itu saja yang dijelaskan
Media yang digunakan adalah menggunakan flash sudah baik
Dalam penjelasan media yang pasti gugup terlihat anda rasakan

2.Judul : Pemanfaatan Media Televisi Dalam Membentuk Karakter Perilaku Positif Dan Meningkatkan Hasil Belajar
Penyaji :
Devi Anjar (Kurtekdik)
Aris Munandar (Kurtekdik)
Miftachul Fauzi Kurtekdik)
Komentar makalah :
Dalam penulisan judul terdapat tanda baca koma sehingga tidak sesuai.
Tidak dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan televisi yang benar untuk membentuk perilaku positif dan meningkatkan hasil belajar anak.
Komentar media :
Media yang digunakan menarik perhatian audiens dan tulisannya dapat dilihat oleh semua audiens dalam ruangan.

3.Judul : Learning Styles Appropriate (LSA) Sebagai Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk Anak Usia 8-10 Tahun
Penyaji :
Gladys Dhiokita Maruti (Psikologi)
Nugrah Astriningtias (psikologi)
Qonita (psikologi)
Komentar makalah :
Penerapan Metode Learning Styles Appropriate (LSA) kurang penjelasannya pada proses pembelajaran ,dalam hal ini adalah pembelajaran Bahasa Inggris.
Komentar media :
Tulisan dan Font terlalu stile dan kecil untuk taraf persentasi dalam ruangan besar sehingga audiens yang duduk dibelakang kurang jelas untuk membaca.

4.Judul : Bernyanyi Untuk Alam Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran Menjaga Lingkungan Pada Anak-Anak
Penyaji :
Hendra Syah (Psikologi)
Anon kurniawan (Psikologi)
Septyani Mufida (Psikologi)
Komentar makalah :
Latar belakang yang dipaparkan terlalu umum dan luas
Di dalam latar belakng tidak dijelaskan tentang perilaku anak-anak menjadikan pembaca karya tulis ini dan pendengar parsentasi kurang memahami maksudnya karena dalam pembahasan menjelaskan menjaga lingkungan pada anak-anak.
Komentar media :
Slide presentasi terlalu ramai dan warnanya terlalu kontras
Membuat audiens menjadi bosan dan tidak fokus pada isi yang disampaikan.

5.Judul : Pemanfaatan Blogger sebagai Sistem Pembelajaran On-Line
Penyaji :
Ery Setyo P (Kurtekdik)
Adi Supriadi (Kurtekdik)
Nur Aeni W (kurtekdik)
Komentar makalah :
Dalam perkuliahan sistem pembelajaran on-line berbasis blog sangat cocok diterapkan.
Dalam makalah yang dibuat ternyata Blog juga bisa merepotkan dosen di dalam kegiatan perkuliahan
Makalah yang dibuat oleh kelompok ini bahwa dalam kegiatan perkuliahan dapat disampaikan di dalam blog sehingga dosen yang penuh dengan ksibukan itu dapat memberikan materi di dalam blog untuk dijadikan materi pembelajaran

Komentar media :
Media yang digunakan cukup menarik akan tetapi dalam pembukaan terlalu banyak sehingga waktu yang digunakan dalam menjelaskan tidak cukup.
Font yang digunakan terlalu kecil sehingga audien yang duduk di belakang tidak jelas.

6.Judul : Aplikasi Macromedia Dremweaver Untuk Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Website
Penyaji :
Bentar Saputro
Siti Nurwachidah F.
Akaat Hasjiandito

Komentar makalah :
Kalimat yang digunakan sudah baik akan tetapi dalam penulisannya masih kurang tepat. Sebaiknya dalam penulisan perlu diperhatikan dan dibutuhkan ketelitian. Di dalam makalah yang anda tulis masih ada bahasa asing yang tidak dicetak miring meskipun sudah ada yang ditulis dengan benar.
Sistematika penulisan yang dibuat sudah baik dan urutannya sudah sesuai.
Permasalahan yang ditulis pada rumusan masalah sudah dijawab dengan tepat pada pembahasan.


Komentar media :
Media yang digunakan sudah bagus
Tulisan dalam slide jelas

7.Judul : Cooperatif Learning Sebagai Model Pembelajaran Alternatif Untuk meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
Penyaji :
Wahyu Widyaningsih (Kurtekdik)
Desi Widi Hardini (Kurtekdik)
Ari Suprihatin (Kyrtekdik)
Komentar makalah :
Poin-poin dari cooperatif Learning dan mata pelajaran yang dibahas (matematika) ada yang masih kurang
Tugas-tugas yang sulit dan yang sebaiknya diberikan pada yang pintar dan tidak membaginya kepada temannya yang lain
Masalah yang terjadi adalah bahwa siswa yang pintar akan semakin pintar, dan siswa yang bodoh maka akan semakin bodoh.
Komentar media :
Sangat menarik audien
Seharusnya anda mencari jurnal atau semacamnya yang menyatakan bahwa pelajaran matematika itu menakutkan bagi murid, bukan dengan kata-kata mungkin ataupun kira-kira.

8.Judul : Meningkatkan Harmonisasi Hubungan Orang Tua-Anak Bagi Semua Kalangan Melalui Home Schooling
Penyaji :
Indah Suci Lestari (PGTK)
Dzulifah (PGTK)
Khoirun Nisa (PGTK)
Komentar makalah :
Secara administratif penulisannya kurang karena tidak mencantumkan dan menguraikan kesimpulan
Komentar media :
Monoton sehingga kurang menarik perhatian audien

9.Judul : Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam Pendidikan Di Indonesia
Penyaji :
A.H Tasmuri (Kurtekdik)
Dwi Pramono (Kurtekdik)
Herman Malinton (Kurtekdik)
Komentar makalah :
Judul tidak sesuai dengan isi makalah
Banyak penulisan yang salah
Bahasa asing seharusnya dicetak miring, di dalam makalah tersebut masih ada bahasa asing yang dicetak biasa.
Pada bagian simpulan terlalu banyak padahal yang namanya simpulan hanya ringkasan yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan isi makalah
Penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet masih salah seharusnya dituliskan penulisnya dan diambilnya atau di download tanggal berapa
Komentar media :
Antara background dan warna tulisan sudah selaras sehingga tulisan dapat terbaca dengan jelas
Pembuatan slide sudah bagus dan kreatif
Slide sederhana tetapi bermakna.

10.Judul : Pemanfaatan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Contectual Teaching And Learning (CTL) Pada Sekolah Menengah Pertama
Penyaji :
Isud Margaratna (Kurtekdik)
RestiDewi Wijayanti (Kurtekdik)
Nicky Secoria (Kurtekdik)
Komentar makalah :
judul yang digunakan terlalu panjang
Setiap metode pembelajaran pasti akan mengalami hambatan pada pemakaiannya. Dalam makalah anda senaiknya dijelaskan hambatan-hambatan apa yang akan terjadi saat menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dan dijelaskan pula cara-cara pemecahan masalahnya.
Sistematika penulisan makalah sudah berurutan.
Komentar media :
sudah cukup menarik
Font size pada setiap slide sudah sesuai dan barisnya juga sesuai tidak terlalu banyak
Background slide sederhana dan tidak ramai sehingga kelihatan lebih nyaman dilihat
Kalimat yang digunakan pada slide sedikit tetapi bermakna
Warna background dan warna tulisan cocok sehingga tulisan dapat dibaca.

Read More......

17 April 2008

ANALISIS LKTM 2008




Nama : KHUSNUL KHOIFAH
1102405036
KURTEKDIK



LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA (LKTM) FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 2008


Judul : Compact Disc of Autism Children Therapy
Penyaji : Dian Bayu Puspitasari (Psikologi)
Maristya Yoga Pratama (Psikologi)
Bima Adi Putra (Psikologi)
Komentar Karya Tulis :
Bagaimana bentuk dalam compact disc nya
Bagaimana tingkat keefektifitasan dalam kenyataaan (format CD)
Komentar Media : Menggunakan powerpoin kurang menberi penjelasan dalam bentuk compact disk sehingga kurang dimengerti.
Rangkuman : “Compact Disk of Autism Children Theraphy” Paket Panduan Terapi Anak Autis Bagi Orangtua memberikan kemudahan bagi para orang tua untuk menerapi anaknya yang autis tanpa harus pergi ke terapis dan orang tua dapat secara langsung mengamati perkembangan anaknya. Paket panduan terapi anak autis ini diberikan dalam bentuk compact disk, sehingga orangtua dapat mengkonsumsinya berulang- ulang. Paket panduan ini berisi tentang cara-cara terapi yang dapat dilakukan orang tua untuk menerapi anaknya dengan metode permainan, bernyanyi, visual, dan pretend play sehingga terapi ini dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Judul : Bernyanyi Untuk Alam Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran Menjaga Lingkungan Pada Anak-Anak
Penyaji : Hendra Syah (PLS)
Anon Kurniawan (PLS)
Septyani Mufida (PLS)
Komentar Karya Tulis :
Latar belakang terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaran karena disini dibahas tentang kebakaran dan pencurian
Komentar Media :
Terlalu ramai dan warna terlalu kontras sehingga tulisan sulit dibaca.
Rangkuman :“Bernyanyi untuk Alam” merupkan suatu program yang berupaya untuk meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan pada anak-anak. Program “Bernyanyi untuk Alam” terdiri dari tiga tahap; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi. Program “Bernyanyi untuk Alam” merupkan pengembangan dari teori tahapan perkembangan anak, teori perkembangan kognitif, teori belajar sosial dan teori psikolgogi musik.. Pelaksanaan program “Bernyanyi untuk Alam” dilakukan di sekolah. Guru berfungsi sebagai pendamping dan evaluator keberhasilan program.








Judul : Cams Program Upaya Untuk Meningkatkan Minat Membaca Anak Melalui Sastra
Penyaji :
Idaroyani (PGSD)
Nur Kholis Majid (PGSD)
Komentar Karya Tulis :
Bagian saran berkesan seperti tidak standart

Komentar Media : Antara warna background dan teks kontras

Rangkuman :-



Judul : Konsep Smart Card Game Upaya Untuk Meningkatkan Kecepatan Berhitung Dan Daya Ingat Pada Anak
Penyaji : Hidayah Romadhon (PGSD)
Komentar Karya Tulis :
Konsep keberhasilan metode ini semakin sering digunakan semakin baik proses pembelajaran denagn system menyenangkan.
Komentar Media : Terlalu sederhana jadi tidak terlalu menarik.
Rangkuman :Merupakan suatu model pembelajaran yang berisi permainan dengan menggunakan media berupa kartu.
Kelebihan dari model ini :Tidak memberikan tekanan ada siswa sehingga menghilangkan rasa takut Bisa dimainkan di mana saja, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah (semakin sering bermain, semakin pintar)

Judul : Sistem Pembelajaran Online Berbasis Blog
Penyaji :
Nur Aeni W (KURTEKDIK)
Adi Supriyadi (KURTEKDIK)
Eri Setyo Pramudi (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis :
Blog merepotkan dosen dalam pembelajaran
Kenapa harus menggunakan blog?
Komentar Media :
Untuk font terlalu kecil
Pembukaan terlalu panjang
Rangkuman : Sistem pembelajaran online yang memanfaatkan internet sebagai medianya mempunyai beberapa fasilitas yang tersedia diantaranya adalah e-mail, Mailing List, File Transfer Protocol (FTP) dan World Wide Web (WWW). Dan salah satu contoh dari layanan internet adalah Blog yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran jarak jauh (online).


Judul : Cooperatif Learning Sebagai Pembelajaran Alternative Untuk Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
Penyaji :
Wahyu widyaningsih (KURTEKDIK)
Desi Widi Hardini (KURTEKDIK)
Ari Suprihatin (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis :
Masalah yang terjadi yang pintar makin pintar dan yang bodoh semakin bodoh, sehingga guru harus mengkondisikan.
Komentar Media : Penulisan konteksnya sangat bagus dan berurutan.
Rangkuman :
Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative

Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash Sebagai Media Interaktif Untuk Mengoptinalkan Penyampaian Materi Pelajaran Bergambar
Penyaji : Eka Fitiani (KURTEKDIK)
Hermawan (KURTEKDIK)
Wahyu BL (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis : Dari tujuan tidak perlu adanya nomor jika yang dijelaskan hanya satu masalah
Komentar Media : Dalam penulisan di dalam powerpoint terlalu kecil dan warna yang di gunakan terlalu contras.
Rangkuman :-














Judul : Penanaman Nilai Moral Melalui PGTK
Penyaji : Sri Lestari Ningsih (PGTK)
Komentar Karya Tulis :
Kata pengantar atau latar belakang dalam imajinasi anak belum mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Komentar Media : Konsep yang digunakan dalam media terlalu sederhana.

Rangkuman : -


Judul : Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Inforamsi Dan Komunikasi di Pendidikan Indonesia
Penyaji :
Tasmuri (KURTEKDIK)
Dwi Pramono (KURTEKDIK)
Herman Malinton (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis :
Judulnya harus diperbarui.
Tata tulis perlu diperhatikan
Tabel banyak yang hilang
Hanya menyajikan suatu evaluasi program didalamnya belum ada.
Komentar Media : Sudah cukup baik

Rangkuman :TIK telah menjadi salah satu batu fondasi penting dari pembangunan masyarakat modern. Semakin banyak Negara kini semakin menyadari bahwa pemahaman tentang TIK. Kondisi ideal yang diharapkan oleh Negara Indonesia dalam penyelenggaraan TIK adalah Tahap transforming dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan pendidikan. TIK diaplikasikan ssecara penuh baik dalam proses pembelajaran intruksional purpose maupun untuk administrasi akademik (administrational purpose). Kebijakan yang harus diambil Negara Indonesia adalah bagaimana untuk menuju kondisi yang ideal, yaitu sampai pada tahapan Transformasi di dalam pengembangan TIK.


Judul : Inisiasi Dini Care sebagai Upaya Pemberdayaan Posyandu Menjadi Media Sosialisasi Program Inisiasi Dini Masyarakat

Penyaji : Diah Mesti (Psikologi)
Nur Rohmah (Psikologi)
Arita Rahmadhani (Psikologi)

Komentar Makalah : Dengan adanya posyandu, dapat mensosialisasikan program inisiasi dini denagn mudah.
Komentar Media : Di Indonesia kurang dalam mensosialisasikan system inisiasi dini kepada masyarakat.
Intisari : Inisiasi dini care adalah sebuah upaya sosialisasi program inisiasi dini kepada masyarakat melalui Posyandu di masing-masing daerah. Program inisiasi dini care ini digalakkan sebagai bagaian dari upaya menuju Indonesia sehat 2010. Hakekat Inisiasi DiniInisiasi Dini adalah perlakuan yang diberikan ibu untuk menyegerakan permulaan menyusui pada bayi, yaitu setengah sampai satu jam proses kelahiran.

Read More......

10 April 2008

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA (LKTM) FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 2008

ANALISIS LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2008

Mata kuliah : Seminar Teknologi Pendidikan
Dosen pengampu : Heri Trilukman, S.Pd


Disusun oleh

Yanuar Eska Perdhana
1102405066


KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008



LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA (LKTM) FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN 2008

Judul : Penanaman Nilai Moral Melalui PGTK
Penyaji : Sri Lestariningsih, Tuffah Anzalmia’la, Fatimaatus
Sya’diyah (PGTK)
Komentar Karya Tulis :
Kata pengantar atau latar belakang dalam imajinasi anak belum mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Dalam hal ini anak didik tertarik pada pembawaannya bukan pada tokohnya.
Komentar Media :
- Antara background dan text seragam

Judul : Bernyanyi Untuk Alam Sebagai Upaya Meningkatkan
Kesadaran Menjaga Lingkungan Pada Anak-Anak
Penyaji :
Hendra Syah (PLS)
Anon Kurniawan (PLS)
Septyani Mufida (PLS)
Komentar Karya Tulis : Latar belakang terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaran karena disini dibahas tentang kebakaran dan pencurian
Komentar Media : Terlalu ramai dan warna terlalu kontras

Judul : Sistem Pembelajaran Online Berbasis Blog
Penyaji :
Nur Aeni W (KURTEKDIK)
Adi Supriyadi (KURTEKDIK)
Eri Setyo Pramudi (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis : Blog merepotkan dosen dalam pembelajaran
Komentar Media :
Untuk font terlalu kecil
Pembukaan terlalu panjang

Judul : Kuerelasi Media Pembangun Perilaku Anti Builying (Kekerasan) Di Sekolah
Penyaji :
Kuinnanti Husniyah (Psikologi)
Ferditania Esti Rahayu (Psikologi)
Luluk Shoviana (Psikologi)

Komentar Karya Tulis :
Harusnya diberikan pengertian mengenai builying
Apabila diaplikasikan ada sekolah yang menolak apa yang akan dilakukan
Komentar Media : - Slide terlalu banyak dan terlalu monoton sehingga
kurang menarik

Judul : Pemanfaatan Macromedia Flash Sebagai Media
Interaktif Untuk Mengoptinalkan Penyampaian
Materi Pelajaran Bergambar
Penyaji :
Eka Fitiani (KURTEKDIK)
Wahyu BL (KURTEKDIK)
Hermawan (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis :
Dari tujuan tidak perlu adanya nomor jika yang dijelaskan hanya satu masalah
Kenapa dalam analisis gambar harus menggunakan flash? Kenapa tidak menggunakan yang lain.
Komentar Media : - Terlalu sederhana, background presentasi terlalu
ramai

Judul : Konsep Smart Card Game Upaya Untuk
Meningkatkan Kecepatan Berhitung Dan Daya Ingat
Pada Anak
Penyaji : Hidayah Romadhon (PGSD)
Komentar Karya Tulis :
konsep keberhasilan metode ini semakin sering
digunakan semakin baik proses pembelajaran denagn
system menyenangkan.
Komentar Media :
- Terlalu sederhana

Judul : Cams Program Upaya Untuk Meningkatkan Minat Membaca Anak Melalui Sastra
Penyaji :
Ida royani (pgsd)
Nur Kholis Majid (pgsd)
Komentar Karya Tulis :
Bagian saran berkesan seperti tidak standart
Rumusan masalah tentang Cams kurang jelas
Penulisan referensi salah
Komentar Media :
- Antara warna background dan teks kontras

Judul : Cooperatif Learning Sebagai Pembelajaran
Alternative Untuk Meningkatkan Motifasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
Penyaji :
Wahyu widyaningsih (KURTEKDIK)
Desi Widi Hardini (KURTEKDIK)
Ari Suprihatin (KURTEKDIK)
Komentar Karya Tulis :
Masalah yang terjadi yang pintar makin pintar dan yang bodoh semakin bodoh, sehingga guru harus mengkondisikan.
Alur berfikir jelas
Komentar Media :
- Presentasi bagus

Judul : Compact Disc of Autism Children Therapy
Penyaji :
Dian Bayu Puspitasari (Psikologi)
Maristya Yoga Pratama (Psikologi)
Bima Adi Putra (Psikologi)
Komentar Karya Tulis :
Bagaimana bentuk dalam compact disc nya
Bagaimana tingkat keefektifitasan dalam kenyataaan (format CD)
Kurang teori dan contoh dalam makalah
Komentar Media : - Menggunakan powerpoin kurang menberi penjelasan
dalam bentuk compact disk sehingga kurang
dimengerti.

Judul : Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Inforamsi Dan
Komunikasi di Pendidikan Indonesia
Penyaji :
Tasmuri (KURTEKDIK)
Dwi Pramono (KURTEKDIK)
Herman Malinton (KURTEKDIK)

Komentar Karya Tulis :
Judul kurang tepat
Tata tulis perlu diperhatikan
Tabel banyak yang hilang
Komentar Media :
- Media monoton dan kurang menarik

Judul : Inisiasi Dini Care sebagai Upaya Pemberdayaan
Posyandu Menjadi Media Sosialisasi Program Inisiasi
Dini Masyarakat

Penyaji :
Diah Mesti (Psikologi)
Nur Rohmah (Psikologi)
Arita Rahmadhani (Psikologi)

Komentar Makalah :
- Dengan adanya posyandu, dapat mensosialisasikan
program inisiasi dini denagn mudah
Pembangunan tudak perlu dicantumkan tentang
pasal-pasal dan ayat-ayat, focus kepada inisiasi dini.
Komentar Media :
Di Indonesia kurang dalam mensosialisasikan system
inisiasi dini kepada masyarakat.

Read More......

Analisis Hasil Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTM) Mohammad Nur Saean

Analisis Hasil Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTM)
Se-Fakultas Ilmu Pendidikan
Tgl.03 Maret 2008

Oleh :
Mohammad Nur Saean 1102405078

KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008


Analisis Hasil Lomba Karya Tulis Ilmiah
Hari Kamis Tgl : 03 Maret 2008

“Konsep Smart Card Game” ( PGSD)
Penyaji : Hidayat Romadhon
Komentar Media : Terlalu sederhana, background presentasi terlalu ramai
Komentar Makalah : Konsep keberhasilan metode ini semakin sering digunakan semakin baik dengan proses pembelajaran yang menyenangkan.

“Pemanfaatan Macromedia Flash sebagai media interaktif untuk mengoptimalkan penyampaian materi pelajaran bergambar” (KTP)
Penyaji : Wahyu Budi Laksono, Eka Fitriani, Hermawan Ardianto
Komentar Media : Media terlalu sulit dipahami untuk umum.
Komentar Makalah : Dari tujuan yang ditulis dalam karya ilmiah no tidak perlu jika yang dijelaskan hanya satu bahasan.

“Penanaman nilai moral melalui Tokoh Pewayangan yaaitu Bima “ (PGTK)
Penyaji : Sri Lestari Ningsih, Tuffah Anzalmia’la, Fatimaatus Sya’diyah
Komentar Media : antara background dan text seragam
Komentar Makalah : Dalam pembelajaran imajinasi anak sulit untuk mengaplikasikan dengan penyampaiannya.

“Learning Styles Appropriate(LSA) sebagai Metode Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak usia 8-10 tahun” (Psikologi)
Penyaji : Gladys Dhiokita Maruti, Nugrah Asriningtiyas, Qonita
Komentar Media : Style font terlalu dan kecil untuk presentasi, jadi untuk membaca terlalu sulit.
Komentar Makalah : Untuk anak masih belum sanggup untuk pengaplikasianya

“Beryanyi Untuk Alam” (PLS)
Penyaji : Hendra Syah, Septyani Mufida, Anon Kurniawan Komentar Media : Terlalu Ramai, warna antara text dan background kontrast
Komentar Makalah : Latar Belakang terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaranya karena dalam makalah dibahas tentang kebakaran , pencurian yang belum cukup diketahui untuk anak-anak

“Inisiasi Dini Care” sebagai Upaya Pemberdayaan Posyandu menjadi Media SosialisasDini Masyarakat (Psikologi)
Penyaji : Diah Mesti, Nur Rosimah, Arita Rahmadhani
Komentar Media : Terlalu Monoton,Background kontras Komentar Makalah : Dalam pembahasan makalah tidak perlu dicantumkan tentang pasal-pasal dan ayat-ayat, fokuskan kepada inisiasi dini

”Sistem Pembelajaran On-Line Berbasis Blog” (KTP)
Penyaji : Adi Supriadi, Eri Sulistyo, Eni
Komentar Media : Untuk font terlalu kecil serta dalam pembukaan(salam) terlalu lama sehingga penyampaian materi kuarang maksimal
Komentar Makalah : Dalam perkuliahan sistem pembelajaran ini dalam sisi psikologi kurang

”Kuerelasi Media Pembangu Perilaku Anti Bullying di Sekolah” (Psikologi)
Penyaji : Kuinanti Husniyah, Ferdifania sti Rahayu, Luluk Shoviana Komentar Media : Slide terlalu banyak dan terlalu monoton sehingga kurang menarik
Komentar Makalah : Dalam makalah terdapat kata yang tidak baku dalam pembahasann yaitu penggabungan antara bahasa indonesia dengan bahasa asing
Konsep dari judul yang diambil kurang cocok

”Cams Programe Upaya untuk Menumbuhkan Minat Baca Anak ”(PGSD) Penyaji : Ida royani, Nur Kholis Majid
Komentar Media : Warna kontrast antara teks dan latar
Komentar Makalah : Penulisan referensi salah
Penulisan judul dalam kata Programe untuk umum mungkin hanya sedikit yang tahu

”Cooperatif Learning sebagai Modal Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika” (KTP)
Penyaji : Wahyu Widianingsih, Desi Widi Hardini, Ari Suprihatin
Komentar Media : Media cukup menarik dan memenuhi standart ketentuan presentasi
Komentar Makalah : Dari poin-poin tertentu ada yang kurang dari cooperative learning dari mata pelajaran yang dibahas (matematika)
Ada penulisan kata yang salah yaitu diminimalisir yang seharusnya diminimalisasi

”Compact Disk of Autism Children Therapy (CDACT) Sebagai Media Training Bagi Orang Tua Agar Dapat Menerapi Anaknya Yang Menderita Autis” (Psikologi)
Penyaji : Dyan Bayu Puspitasari, Bimma Adi Putra, Maristya Yoga P. Komentar Media : Terlalu monoton untuk sebuah presentasi
Komentar Makalah : Tingkat keefektifan kurang untuk sebuah terapi

“Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pendidikan di Indonesia” (KTP)
Penyaji : AH Tasmuri, Dwi Pramono, Herman Malinton
Komentar Media : Media monoton dan kurang menarik
Komentar Makalah : Dari judul tidak cocok untuk isi pembahasannya
Judul kurang tepat untuk LKTM harusnya untuk LKTI

“Meningkatkan Harmonisasi Hubungan Orang Tua Anak Bagi Semua Kalangan Melalui Homeschooling “ (PGTK)
Penyaji : Indah Suci Lestari, Dzulifah, Khoirun Nisa
Komentar Media : Terlalu monoton dan warna contrast
Komentar Makalah : Untuk kesimpulan dalam presentasi ada tapi dalam cetak tidak ada.


Read More......

Analisis Hasil Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTM)
Se-Fakultas Ilmu Pendidikan
Tgl.03 Maret 2008
Dosen Pengampu : Heri TriLukman


Oleh :
Cahyo Adi Nugroho : 1102405049

KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008



Hasil Lomba Karya Tulis Ilmiah
Hari Kamis Tgl : 03 Maret 2008

“Konsep Smart Card Game” ( PGSD)
Penyaji : Hidayat Romadhon
Komentar Media : Terlalu sederhana, background presentasi terlalu ramai
Komentar Makalah : Konsep keberhasilan metode ini semakin sering digunakan semakin baik dengan proses pembelajaran yang menyenangkan.


“Pemanfaatan Macromedia Flash sebagai media interaktif untuk mengoptimalkan penyampaian materi pelajaran bergambar” (KTP)
Penyaji : Wahyu Budi Laksono, Eka Fitriani, Hermawan Ardianto
Komentar Media : Media terlalu sulit dipahami untuk umum.
Komentar Makalah : Dari tujuan yang ditulis dalam karya ilmiah no tidak perlu jika yang dijelaskan hanya satu bahasan.


“Penanaman nilai moral melalui Tokoh Pewayangan yaaitu Bima “ (PGTK)
Penyaji : Sri Lestari Ningsih, Tuffah Anzalmia’la, Fatimaatus Sya’diyah
Komentar Media : antara background dan text seragam
Komentar Makalah : Dalam pembelajaran imajinasi anak sulit untuk mengaplikasikan dengan penyampaiannya.

“Learning Styles Appropriate(LSA) sebagai Metode Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak usia 8-10 tahun” (Psikologi)
Penyaji : Gladys Dhiokita Maruti, Nugrah Asriningtiyas, Qonita
Komentar Media : Style font terlalu dan kecil untuk presentasi, jadi untuk membaca terlalu sulit.
Komentar Makalah : Untuk anak masih belum sanggup untuk pengaplikasianya

“Beryanyi Untuk Alam” (PLS)
Penyaji : Hendra Syah, Septyani Mufida, Anon Kurniawan
Komentar Media : Terlalu Ramai, warna antara text dan background kontrast
Komentar Makalah : Latar Belakang terlalu berat bagi anak-anak untuk pembelajaranya karena dalam makalah dibahas tentang kebakaran , pencurian yang belum cukup diketahui untuk anak-anak


“Inisiasi Dini Care” sebagai Upaya Pemberdayaan Posyandu menjadi Media SosialisasDini Masyarakat (Psikologi)
Penyaji : Diah Mesti, Nur Rosimah, Arita Rahmadhani
Komentar Media : Terlalu Monoton,Background kontras
Komentar Makalah : Dalam pembahasan makalah tidak perlu dicantumkan tentang pasal-pasal dan ayat-ayat, fokuskan kepada inisiasi dini


”Sistem Pembelajaran On-Line Berbasis Blog” (KTP)
Penyaji : Adi Supriadi, Eri Sulistyo, Eni
Komentar Media : Untuk font terlalu kecil serta dalam pembukaan(salam) terlalu lama sehingga penyampaian materi kuarang maksimal
Komentar Makalah : Dalam perkuliahan sistem pembelajaran ini dalam sisi psikologi kurang

”Kuerelasi Media Pembangu Perilaku Anti Bullying di Sekolah” (Psikologi)
Penyaji : Kuinanti Husniyah, Ferdifania sti Rahayu, Luluk Shoviana
Komentar Media : Slide terlalu banyak dan terlalu monoton sehingga kurang menarik
Komentar Makalah : Dalam makalah terdapat kata yang tidak baku dalam pembahasann yaitu penggabungan antara bahasa indonesia dengan bahasa asing
Konsep dari judul yang diambil kurang cocok



”Cams Programe Upaya untuk Menumbuhkan Minat Baca Anak ”(PGSD)
Penyaji : Ida royani, Nur Kholis Majid
Komentar Media : Warna kontrast antara teks dan latar
Komentar Makalah : Penulisan referensi salah
Penulisan judul dalam kata Programe untuk umum mungkin hanya sedikit yang tahu


”Cooperatif Learning sebagai Modal Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika” (KTP)
Penyaji : Wahyu Widianingsih, Desi Widi Hardini, Ari Suprihatin
Komentar Media : Media cukup menarik dan memenuhi standart ketentuan presentasi
Komentar Makalah : Dari poin-poin tertentu ada yang kurang dari cooperative learning dari mata pelajaran yang dibahas (matematika)
Ada penulisan kata yang salah yaitu diminimalisir yang seharusnya diminimalisasi

”Compact Disk of Autism Children Therapy (CDACT) Sebagai Media Training Bagi Orang Tua Agar Dapat Menerapi Anaknya Yang Menderita Autis” (Psikologi)
Penyaji : Dyan Bayu Puspitasari, Bimma Adi Putra, Maristya Yoga P.
Komentar Media : Terlalu monoton untuk sebuah presentasi
Komentar Makalah : Tingkat keefektifan kurang untuk sebuah terapi


“Evaluasi Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pendidikan di Indonesia” (KTP)
Penyaji : AH Tasmuri, Dwi Pramono, Herman Malinton
Komentar Media : Media monoton dan kurang menarik
Komentar Makalah : Dari judul tidak cocok untuk isi pembahasannya
Judul kurang tepat untuk LKTM harusnya untuk LKTI

“Meningkatkan Harmonisasi Hubungan Orang Tua Anak Bagi Semua Kalangan Melalui Homeschooling “ (PGTK)
Penyaji : Indah Suci Lestari, Dzulifah, Khoirun Nisa
Komentar Media : Terlalu monoton dan warna contrast
Komentar Makalah : Untuk kesimpulan dalam presentasi ada tapi dalam cetak tidak ada




Read More......

ANALISIS LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA

Oleh : Anindita Widya W
( 1102405070 )
Dosen pengampu : Heri Trilukman

1. Judul : Evaluasi penyelenggaraan teknologi informasi dan komunikasi ( TIK ) dalam pendidikan di Indonesia.
 Penyaji : AH. Tasmuri
Dwi Pramono
Herman Malintan
 Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendididkan
 Komentar tentang makalah :
Judul masih kurang tepat untuk lomba karya tulis mahasiswa. Juga pada bagian isinya masih banyak yang kurang sesuai dengan judul, penulisanya juga belum sesuai.
 Komentar tentang media :
Untuk media yang digunakan sudah cukup baik namun masih ada sedikit kekurangan – kekurangan, misalnya penyesuaian dengan back ground. Seharusnya warna backgroun disesuaikan dengan warna fort atau huruf, sehingga pada saat presentasi paparan yang disajikan akan terlihat jelas.
Cara penyajiannya masih monoton.

2. Judul : Meningkatkan harmonisasi hubungan orang tua – anak bagi semua kalangan melalui home scholing.
 Penyaji : Indah Suci Lestari
Dzulifah
 Jurusan : PGTK
 Komentar tentang makalah :
Pada bagian presentasi terdapat kesimpulan namun didalam makalah tidak terdapat kesimpulan.
 Komentar tentang media :
Media yang digunakan masih monoton sehingga terlihat kurang menarik, hal ini akan menjadi salah satu penyebab kurangnya perhatian dari para audience, sebab mereka dapat merasa bosan.

3. Judul : Inisiasi dini care sebagai upaya pemberdayaan posyandu menjadi media sosialisasi dini masyarakat.
 Penyaji : Diah Mesti
Nur Rosimah
Anita Rahmadani
 Jurusan : Psikologi
 Komentar tentang makalah :
Dalam pembahasan seharusnya tidak perlu adanya pencantuman mengenai pasal – pasal dan ayat – ayat.
 Komentar tentang media :
Mengenai media sudah cukup bagus, hanya saja masih ada beberapa kekurangan yang mengakibatkan terkesan agak monoton.

4. Judul : Pemanfaatan micromedia flash sebagai media interaktif untuk mengoptimalkan penyampaian materi pelajaran bergambar.
 Penyaji : Wahyu Budi Laksono
Eka Fitriani
Hermawan
 Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
 Komentar tentang makalah :
Pada bagian tujuan seharusnya tudak perlu ada nomor, jika hanya yang dijelaskan hanya ada satu.
 Komentar tentang media :
Mengenai media yang digunakan sudah cukup baik, namun perlu ada evaluasi lagi agar dapat lebih baik lagi.

5. Judul : Sistem pembelajaran on line berbasis blog.
 Penyaji : Adi Supriadi
Eri Setyo
Nur Aeni
 Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
 Komentar tentang makalah :
Apabila pembelajaran ini diterapkan pada perkuliahan maka dalam hal psikologi tidak tepat sebab tidak akan membentuk kepribadian karena kurangnya bimbingan langsung dari dosen atau pendidik.
 Komentar tentang media :
Pada bagian pembukaan terlalu banyak sehingga tidak menyingkat waktu. Pada bagian font atau hurufnya terlalu kecil menyebabkan paparan kurang jelas dan mungkin bisa tidak terbaca terutama pada peserta yang hadir pada kursi bagian belakang.

6. Judul : Cooperative learning bagi model pembelajaran alternative untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
 Penyaji : Wahyu Widianingsih
Desi Widi H
Ari Suprihatin
 Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
 Komentar makalah :
Pada paparan makalah ada beberapa poin – poin tertentu ada yang kurang dari cooperative learning dari mata pelajaran yang di bahas sehingga terkesan masi ada yang kurang. Pada kalimat tertentu ada penggunaan kata yang kurang sesuai yaitu pada kata diminimanisir, seharusnya tidak menggunakan kata tersebut. Seharusnya mengguinakan kata diminimalisir.
 Komentasr media :
Pada penggunaan media telah cukup menarik, cukup mampu membawa audien untuk memberi perhatian.

7. Judul : Kuerelasi, media membangun perilaku Anti Bullying ( kekerasan ) di sekolah.
 Penyaji : Kurniati Husniyah
Ferditania Esti rahayu
Luluk Shoviana
 Jurusan : Psikologi
 Komentar tentang makalah :
Dalam makalahnya terdapat kata – kata yang tidak baku antara bahasa indonesia dan bahasa asing, juga mengenai konsep tidak sesuai antara judul dan isinya kurang pas. Sehingga perlu di teliti lebih lagi.
 Komentat tentang media :
Dalam paparan terlalu banyak slide sehingga membuat keefektifan dari paparanya kurang bagus. Sebab hal ini dapat mempengaruhi motivasi pendengar untuk menyimak. Dan juga ditambah lagi pemaparanya yang bisa dikatakan masih monoton.

8. Judul : Pemanfaatan media televisi dalam membentuk karakter, perilaku positive, dan meningkatkan prestasi hasil belajar.
 Penyaji : Devi Anjar Ratnawati
Aris Munandar
Miftachul Fauzi
 Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
 Komentar tentang makalah :
Pada paparan makalah hendaknya dijelaskan bagaimana cara penggunaan televisi atau pemanfaatan televisi yang benar sehingga dapat membentuk karakter positive dan meningkatkan motivasi belajar.
 Komentar tentang media :
Media yang digunakan seharusnya jangan terlalu sederhana sehingga akan dapat lebih menarik perhatian dan tidak terkesan monoton.

9. Judul : Coms program upaya untuk meningkatkan minat membaca.
 Penyaji : Ida Royani
Nur Kholismajid
 Jurusan : PDSD
 Komentar tentang makalah :
Programnya darasa kurang tepat apabila dipaparkan pada publik umum. Pada rumusan masalahnya juga masih bersifat umum. Beberapa saran untuk para pembaca masih kurang sesuai dengan isi makalah, referensi penulisan salah.

 Komentar tentang media :
Pemaparanya kurang menarik sebab warna font dengan warna background kurang sesuai.
10. judul : Bernyanyi untuk alam sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungan pada anak.
 Penyaji : Hendra Syah
Anen Kurniawan
Septyani Mufyda
 Jurusan : Psikologi
 Komentar tentang makalah :
Latar belakang tidak menerangkan perilaku anak – anak. Pembaca kurang memahami pembahasanya karena dalam pembahasan menjelaskan tentang menjaga lingkungan pada anak – anak, pada bagian latar belakang juga masih terlalu luas.
 Komentar tentang media :
Slide persentari terlalu ramai gambarnya, juga terlalu kontras sehingga membuat pembaca merasa bosan.

Read More......